Yang berkuasa.
Dug!
“Akh!”
Jay mengerang waktu kepalanya digebuk pakai tiga map dari plastik oleh Heeseung setelah Jay mempertanyakan semua keanehan yang dia alami setelah berada di rumah ini.
“Gak ada satupun hal yang gue lakuin itu demi lo.”
Nyuuut! — suara pedih hati Jay, yang gak bisa Jay pahami sendiri kenapa bisa begitu kala dengar ucapan Heeseung, ditambah dengan wajah dingin itu.
“Sebelum lo menghasilkan banyak uang dan bantu nama Tim ini jadi lebih dikenal, gue udah kehilangan banyak juga selama melatih lo.”
Benar.
“Jadi lo pikir kenapa lo harus sehat dan baik-baik aja?”
Sepasang mata kucing Jay menatap jelaga kelam Heeseung yang gak terbaca.
Kedua tangan Jay terkepal di atas lututnya, nafasnya terasa agak berat, entah kenapa dadanya sesak sampai perlu mengambil lebih banyak nafas untuk mengisi rongga dadanya.
“Karena gue harus tetap menghasilkan uang dan bekerja dengan baik, Boss.” Katanya.
Sorot sepasang mata Jay berubah, entah kenapa kini dia merasa marah. Marah sama dirinya sendiri sebab bisa-bisanya berharap Heeseung melakukan semua itu ‘demi’ Jay.
“Semua cukup untuk menjawab pertanyaan lo itu, ‘kan?”
“Yang aneh disini itu ‘lo, udah jadi lemah karena hamil anak itu?”
“Sesuai dugaan, merepotkan!”
Prak!
Tiga map yang tadi mukul kepala Jay sekarang ada di pangkuannya.
“Itu tugas lo mulai sekarang, lo latih mereka sampai hebat dan berguna, cukup lo aja yang bikin gue pusing karena hamil dan gak mau aborsi!”
“Jangan bikin masalah lagi. Jalanin tugas lo dengan baik, tentunya, lo juga harus tetap turun ke dalam misi bersama mereka dalam pelatihannya, gak boleh setengah-setengah karena gue gak mau ada berita gagal, tapi kalo lo keguguran dalam pelatihan, itu lebih bagus.”
Deg!
“Lo bener-bener iblis, ini anak ‘lo sendiri, Boss!!”
“Lo yang bilang kalo dia bertahan dalam pertaruhan dengan lo hari itu, dia memang benar anak lo!”
“Tapi kenapa lo bisa sejahat ini sama — ”
“Boss!!”
Heeseung mengabaikan amarah Jay yang meledak-ledak itu, melenggang pergi gitu aja dari kamarnya sendiri.
“BOSS GUE — ”
Gyuutt!!
Perut Jay ngilu karena teriak, alhasil dia duduk lagi dan nyumpah serapah Lee Heeseung di dalam kamar empunya yang pergi entah kemana.
Jay gak mau nyusul.
Sepenuhnya menyesal udah uring-uringan gak jelas selama tiga hari dan sempat berpikir Heeseung sebetulnya ‘peduli’ dengannya, dengan anak yang dikandung olehnya.
“Tapi apalah yang bisa diharapkan dari Iblis seperti Lee Heeseung itu?!”
“Jayyyy! Bodoh, bodoh, bodoh!!”