Hinandra
5 min readMay 21, 2023

The Night at The Astronomy Tower.

Hogwarts Astronomy Tower.

Yule Ball terasa membosankan untuk James, ia hanya duduk seraya memandangi orang-orang yang membaur dan berdansa mengikuti alunan musik, suasana meriah dan penuh canda tawa, namun James benar-benar dalam suasana hati yang buruk saat ini.

“Lihatlah, bahkan Jello and Nichole begitu asik bercengkrama dengan Pemuda Ravenclaw dan Hufflepuff sialan mereka itu!"

"Dan melupakanku, tentu saja, mereka melupakanku!"

James Jay Parkinson mendengus dengan bibir mengerucut, sebal.

Semua orang sangat menikmati Yule Ball, apa hanya dirinya yang merasa bosan?

Hari ini James belum sempat bergosip, belum juga berkata-kata mutiara untuk membangun semangat hidupnya, tidak, James butuh kesenangan, dan apa yang bisa membuatnya senang?

"Longbottom." Tentu saja!

Senyum miring James terbit, kala matanya menangkap eksistensi seorang Pemuda Gryffindor yang tengah mengobrol dengan beberapa temannya, beberapa gadis dengan gaun indah berada disana, membaur bersama dengan si Longbottom ikut menanggapi dengan tawa yang menurut James sangat konyol!

Wajah itu, huh! Nampak sangat menyebalkan saat ia tertawa membalas ocehan entah apa dari gadis Hufflepuff yang datang bersamanya.

Namanya, Vicky Tianna Diggory.

James masih memandang ke arah yang sama, melihat bagaimana Vicky melingkarkan lengannya pada lengan si pemuda Longbottom.

"Pasangan yang serasi." Pujinya dengan nada mencibir.

Sampai ketika Benjamin Tobias Longbottom membawa pandangannya pada James, untuk beberapa detik yang sangat jelas, James membuang muka dan mendengus, segera ia buat dirinya berpaling dan membuat gestur seolah-olah ia tak pernah memandangi Benjamin.

"Oh, good, mereka pasti akan mencari tempat sepi untuk berciuman." Ujar James, sesaat setelah sempat melihat, Benjamin berbisik pada Vicky dan berbagi senyuman dengan kerlingan mata yang membuat James mual.

Menjijikan!

"Aku benci mereka." Desisnya.

Namun tetap melangkah mengikuti sepasang sejoli itu, Benjamin dan Vicky yang terus berjalan sambil mengobrol manis dengan langkah riang, sebetulnya hanya Vicky yang nampak begitu antusias sampai suara ketukan sepatu kacanya menggema mencipta alunan ceria sepanjang lorong Kastil.

"Jauh sekali, kemana mereka akan pergi, sialan, aku melupakan tongkat sihirku! Bagaimana bisa aku sangat ceroboh seperti ini?!" James menggerutu dalam langkah pelannya, masih pada satu tujuan, mengikuti arah kepergian Benjamin dan Vicky.

Langkah James berhenti di balik pilar Menara Astronomi. Di tengah ruangan terbuka itu, James melihat Vicky meraih bahu Benjamin dan berjinjit sedikit, James sudah tau apa yang mereka lakukan.

Benjamin meletakkan tangannya di pinggang sang gadis Hufflepuff, James berbalik dan bersandar di pilar.

"Menyebalkan." Guman James geram dan mendengus kecil.

Kakinya menghentak dan kemudian ketika ia membuka mata—

"Hey, Parkinson."

Dug!

"Aw!"

James mengaduh kesakitan saat kepalanya terantuk pilar, begitu terkejut saat Benjamin tiba-tiba sudah di depan mata dan menyapanya.

"What the fucking hell are you doing here, Brat!?"

Benjamin membuat sebuah ekspresi bingung, "bukankah aku yang seharusnya bertanya begitu padamu, apa yang kau lakukan disini, Tuan Putri?"

"Siapa yang kau sebut Tuan Putri, Bodoh?!"

Benjamin terkekeh, "kau, tentu saja, James."

"Jangan tersenyum padaku, wajahmu nampak sangat bodoh, Longbottie!"

bugh!

hap!

"Mau pergi kemana, James?"

Benjamin menangkap kedua tangan James yang sempat memukulnya mundur, kedua tangan yang mengepal itu memberontak, wajah James memerah, nampak oleh bantuan cahaya Bulan Purnama.

"Kau ingin kabur setelah kutemukan kau menguntit, begitu?"

James gelagapan namun ia adalah seorang Slytherin, ini bukan masalah.

Walau sebaik-baiknya memang ia harus kabur.

"Lepaskan aku!"

"Tidak pernah semudah itu, tentu saja, Parkinson."

James mengerutkan alisnya, "Hey!" dan berseru.

Benjamin menarik tubuhnya masuk, kemudian mendorong James kembali terkungkung pada dinding pilar dan kini kedua lengan Benjamin menahan dirinya untuk kabur.

"Apa yang kau mau, sialan!?"

"Bagaimana jika aku menginginkanmu malam ini, James?"

"Aku tidak sudi, Benjamin Longbottom!"

"Lepaskan, dan biarkan aku pergi!"

Benjamin mendekatkan wajahnya mengejar sepasang mata James agar menatapnya, "kupikir seharusnya kau tenang dan mengalah untuk menuruti perintahku di saat kau tidak membawa tongkat sihirmu, Parkinson."

"A-aku membawanya!"

"Tunjukan."

"Aku tidak mau!"

"Kau tidak membawanya."

Benjamin menarik tangannya turun, meremas pinggang si Parkinson hingga ia lihat raut wajah James terkejut.

"Kau pikir aku berkencan dengan Vicky?"

"Kau memang berkencan dengannya." Balas James.

"Lalu apa? Kau cemburu?"

James menoleh sekilas, kemudian buang muka, jika saja ia membawa tongkat sihirnya, pasti James sudah kembali ke Aula Utama dan lebih baik mati bosan disana daripada berdua disini dengan Benjamin Longbottom.

"Apa kau iri karena tidak bisa berkencan denganku?"

"Untuk apa aku iri? aku bisa berkencan dengan siapapun yang ku mau, dan kau bukanlah salah satunya!"

"Begitukah?" tanya Benjamin dengan wajah menggoda.

Jujur, James sedang mati-matian menahan diri, ini sangat buruk.

James bisa saja kelepasan saat Benjamin berada sedekat ini lebih lama lagi, James bisa saja ketahuan kalau dirinya benar-benar begitu kesal dan selalu, jika Benjamin bersama orang lain dan itu artinya pemuda itu akan mengabaikan dirinya.

Bahkan seperti James tidak ada di dunia.

James tidak suka itu.

James, tidak suka Benjamin menjadikan orang lain sebagai fokus utamanya dan membuang James dari daftar prioritasnya.

Walau selama ini, James hadir dalam barisan manusia banyak tingkah yang sangat suka mengganggu hidup Benjamin.

"Ku dengar kau menyukaiku."

James seketika menoleh, dan kali ini Benjamin melepas kungkungannya.

Mundur satu langkah dan melipat kedua lengan di dada, menatap James yang siap menyanggah.

"Kau mendengar berita sampah!"

"Begitu?"

"Tentu saja, Longbottom, mana mungkin aku menyukaimu, huh!?"

Benjamin terkekeh, membuang napas sekilas sebelum memberi tatapan tegas pada James yang menatap menantang.

"Kalau begitu, mengapa kau masih berdiri disana saat aku sudah melepaskanmu?"

James tertohok, kaget, bingung dan gelagapan.

Demi Salazar! Dasar, James Bodoh Parkinson!

"Aku—"

"Kau menyukaiku, itu kebenarannya." Ujar Benjamin yakin.

James merona, wajahnya merah padam, Benjamin pastikan itu.

"Sejak kapan kau mulai menyukaiku, Slytherin Princess, Parkinson?"

"Shut up, Longbottom!" amuk James.

"Begini ya seorang Slytherin jika sedang jatuh cinta?"

"James, kau menggemaskan sekali."

"Omong kosong, Benjamin! Aku tidak menyukaimu! Aku, tidak akan pernah!"

“Kau hanya membuang-buang waktuku, bajingan!”

James beranjak, jantungnya bertalu ribut, dalam hatinya berteriak 'bodoh!' dengan begitu kerasnya, kemudian James hendak berlari untuk kabur.

hap!

Namun kembali gagal sebab kini Benjamin memeluknya erat dari belakang, James memberontak untuk beberapa saat sampai ia merasakan hembusan napas Benjamin menerpa telinganya.

"Lepaskan aku, sialan." Ujar James penuh penekanan.

"Tidak semudah itu, James Parkinson."

James menelan berat ludahnya, wajahnya panas dengan isi perut yang terasa tergilas hingga membuatnya pusing, suara berat Benjamin terdengar seribu kali lebih mematikan daripada Mantra Tak Termaafkan.

"What do you want, Longbottom!?"

"Fuck with you, now. Right here, Parkinson."

to be continue.

No responses yet