The new beginning.
Otak Heeseung langsung memikirkan kemungkinan-kemungkinan yang bersangkutan dengan apa yang terjadi belakangan dalam hidupnya, bersama Jay.
Yang juga melibatkan nama Choi Soobin.
Semakin dipikirin, semakin jauh langkah Heeseung menuju rumah sakit dimana Jay dirawat, semakin kacau isi kepalanya, semakin sakit terasa dadanya. Rasa sakit yang gak pernah Heeseung rasakan sebelumnya, bahkan rasa sakit ini lebih asing daripada luka tertusuk belati atau tertembak peluru panas.
Nafasnya terasa berat sampai berkali-kali menghela rusuh tiap kali pikirannya mengemukakan hal-hal tertentu yang belum pasti kebenarannya.
Bagaimana jika saat itu, saat Jay sedang dalam birahinya, saat Heeseung gak ada disana, gimana kalau saat itu kebetulan si Soobin memang sedang dalam misinya memata-matai Jay?
Lalu saat itu, Jay yang berpikir Heeseung gak akan peduli pada dirinya menerima Soobin untuk seks tanpa tau kalau Soobin sebenarnya adalah mata-mata yang menyimpan dendam kesumat sama dirinya sendiri?
Demi apapun!
Bagaimana bisa Heeseung gak berhati-hati soal ini?
Gimana bisa… saat itu… Heeseung gak mencoba mendengarkan Jay?
Saat-saat Heeseung berpikir kalau bisa jadi bayi yang ia katai anak sialan itu bukan anaknya sebab penilaian cepatnya perihal Jay yang murahan karena seks dengan Soobin itu… rasanya, entah kenapa Heeseung sakit kepala sampai terasa berat dan tiba-tiba tertunduk lesu.
“Hh… sakit…”
Tangannya naik meremat kemeja di bagian dada, rasanya nyeri banget bersama dengan kepala yang berdenyut. Tambah dramatis karena rintik-rintik terasa menyadarkan dia buat lanjut jalan menuju rumah sakit.
Tiap orang melihatnya miris, bentukan Heeseung udah jelek banget, raut wajahnya seperti setengah gila, langkahnya gontai seperti malas hidup.
Heeseung terus memikirkan Jay, Jay, Jay dan Jay, gimana kalau Jay gak punya cukup waktu untuk menjelaskan kepada Heeseung soal semuanya yang waktu itu gak sempat Heeseung dengarkan?
Gimana kalo Heeseung gak punya cukup waktu untuk memulai semuanya bersama dengan Jay?
Gimana kalau menyadari perasaannya selama ini sudah terlalu terlambat karena Jay sudah menyerah untuk bertahan?
Gimana, kalau Heeseung merasakan kehilangan yang Beomgyu rasakan saat Yeonjun terbunuh karena kalah melawan Jay?
Bagaimana —
“B-boss…”
“Jake?!”
Darah bersimbah dari setiap luka penjaga yang tumbang, bahkan Jake, menutup matanya begitu Heeseung berderap lari ke dalam ruang rawat yang pintunya bernoda darah.
“JAY!!” teriaknya keras.
Sebab gak ada Jay dimanapun.
“Jake! Jake, sadar! Jay, dimana Jay, Jake?!”
“J-Jay… diculik.”
Awal dari bagian baru, dari Heeseung yang menyadari cinta, cintanya yang hilang dibawa pergi karena Heeseung terlalu banyak menyia-nyiakan waktu untuk meraih cinta itu, hingga Jay direbut paksa oleh orang lain.
[ to be continued ]
demonycal property.