The Blood Altar.
Suara baku hantam dan teriakan melepaskan kekuatan sahut-sahutan. Setiap luka kerasa panas membara bersama ambisi untuk memenangkan tim masing-masing.
Heeseung gak bisa berhenti memikirkan Jay yang nyatanya bisa membuatnya jadi merasa kebal dan gak merasakan takut sama apapun sampai akhirnya dia ketemu sama Beomgyu, musuhnya sejak jaman masih jadi anak sekolahan sampai sekarang hampir mau kepala tiga, masih berseteru aja.
Beomgyu sempat menatap matanya untuk beberapa detik sebelum berlari menghindari keramaian perang, Heeseung menyusulnya sambil terus menghadapi orang-orang yang menyerangnya.
“WOIY!!” seru Heeseung begitu Beomgyu keliatan mau masuk mobil.
DOR!!
“Pengecut, lo! Choi Beomgyu!”
“Kejar gue kalo bisa!!” seru Beomgyu seraya melompat masuk ke dalam mobilnya dan tancap gass.
Heeseung menyusul gak mau ketinggalan, tiba-tiba pertarungan mereka pindah lokasi ke jalanan, kebut-kebutan antara Heeseung yang berniat mencegat Beomgyu.
Tapi Beomgyu adalah seorang pembalap profesional, mungkin karena ini dia memilih pertarungannya sendiri, di jalanan.
“BANGSAT!” seru Heeseung menghantam stir.
Tembakannya berniat meledakkan ban mobil Beomgyu selalu meleset.
Sementara itu.
Beomgyu tau saat ini rumahnya sedang diserang, dia gak sebodoh itu sampai gak tau kemungkinan Heeseung membagi timnya untuk menyelamatkan Jay.
Beomgyu melirik mobil Heeseung yang jauh di belakang.
“Selamat datang tamu terhormat pesta pernikahan gue, Lee Heeseung.”
VRROOM!!
Jay duduk di kursi roda, tubuhnya yang lemah dipaksa bertahan dengan suit pengantin, dan tau-tau seseorang datang dengan pistol mengarah ke kepalanya.
“Hello, Pengantinku.”
“Choi Beomgyu.” Lirih Jay.
Pria itu berjalan mendekatinya, “maaf ya, seharusnya ‘kan gue yang nunggu lo di altar ini, tapi berhubung gue harus jemput tamu kehormatan dulu, jadi gak apa-apa ya, Sayang?” dan berujar begitu riang sambil membelai wajah Jay dengan pistolnya.
Sinting.
‘Ada apa sebenarnya disini…?’ batin Jay yang gak mengerti dengan keadaan apa yang sedang terjadi, tubuhnya bahkan benar-benar terasa buruk, kedua tangan Jay terus memeluk perutnya, takut, takut banget. Tapi melihat sekeliling, jiwa pembunuh terlatihnya menjadi waspada, berteriak panik gak akan memastikan keamanan dirinya.
“CHOI BEOMGYU!!”
Suara itu, keras banget, sampai Jay reflek menoleh dan Heeseung berdiri di ujung ruangan.
Seluruh penjaga segera menodongkan pistolnya pada Heeseung.
Begitu juga dengan Jay.
Tangan Jay dipaksa memegang pistol oleh Beomgyu.
Tapi Heeseung tetap berjalan mendekat tanpa gentar sampai sisakan beberapa langkah besar di depan Jay yang sepenuhnya lemas.
Pegangan Beomgyu pada tangannya yang dipaksa memegang pistol mengerat.
“B-Boss….” lirih Jay lemah.
Mata mereka kembali bertemu.
“Sebelumnya gue berterimakasih sama lo, Park Jongseong.”
Deg!
Jay langsung kelu begitu nama aslinya disebut tepat di sebelah telinganya sebab posisi Beomgyu saat ini seolah sedang memeluknya dari belakang.
“Karena lo udah bunuh Yeonjun.”
“Choi Yeonjun yang hamil anaknya Lee Heeseung.”
Bagai petir yang menyambar keras, seketika Jay langsung mendapati Heeseung yang nampak geram.
“Jangan — ”
“Lee Heeseung minta bawahannya untuk kasih misi bunuh Yeonjun ke ‘lo.”
“Lalu Heeseung bersandiwara dan melupakan semua itu, menganggap Yeonjun gak pernah hidup di dunia ini.”
“Seandainya lo bertanya-tanya kenapa Heeseung bunuh Soobin, sekarang lo pasti tau apa jawabannya tanpa harus gue jelasin, ‘kan?”
“Boss…” lirih Jay dengan tatapan bingung.
Heeseung cuma diam.
“Tapi kira-kira kenapa gue berterimakasih disaat yang sama gue sedang berusaha menyiksa lo, Jay?”
Suara Beomgyu benar-benar menyebalkan, Jay jadi pusing, seketika kepalanya membayangkan semua omongan Beomgyu soal Heeseung dan Yeonjun.
“Karena Heeseung merenggut orang yang gue cinta, Yeonjun Kakak gue, juga dari Soobin, tunangannya, gak mengakui anaknya, membunuh Yeonjun lewat lo, karena itu, gue mau Heeseung merasakan yang sama.”
DORR!!
Brugh!!
Tubuh Beomgyu ambruk setelah menerima tembakan dari lantai dua.
Munculah orang-orang berpakaian hitam dari sana yang langsung baku tembak sama bodyguard di lantai bawah.
“Jay!!” seru Heeseung.
DORR!!
Jay melihat punggung Heeseung menjadi tameng untungnya.
Satu tangan Heeseung ke belakang dan digenggam oleh Jay dengan kedua tangan yang gemetar.
Beomgyu masih bisa bangkit setelah tertembak di punggung dan berhasil menenam peluru panas di bahu Heeseung.
“Lo jangan manipulatif ya, Bangsat!!”
“Mana ada gue hamilin Kakak lo!!”
“Seorang seperti lo apa bisa dipercayai, Lee Heeseung?!”
Keduanya kali ini saling menodongkan pistol.
“Kalo seorang orang seperti gue gak bisa dipercaya, lo pun juga sama, Choi Beomgyu!” ujar Heeseung kesal.
Suara tembakan memekakkan telinga, kesadaran Jay hampir habis.
DORR!!
“Boss!!”
Pistol Heeseung terlempar begitu Beomgyu menembak lengannya.
Tapi disaat yang sama, Sunoo, Jungwon dan Ni-ki melompat dari lantai dua dan mengelilingi Jay.
“Kalian….” mata Jay mulai berat, tapi dia masih bisa memastikan Sunoo menggunakan punggungnya sebagai tameng, Ni-ki di sisi dan Jungwon di belakang Jay.
“Banyak drama lo, Beomgyu! Mending lo mati dan gabung sama Yeonjun dan Soobin!”
DORR!! DORR!!
Brugh!!
Altar itu seketika banjir darah, mata Jay tertutup tapi telinganya sempat mendengar suara tembakan berhenti dan Heeseung berkata;
“Perang selesai, kita menang.”
[ to be continued ]
demonycal property.