Hinandra
6 min readMay 17, 2024

Mission.

cw // misgendering, male pregnant.

Pada nyatanya, Heeseung takut untuk ketemu sama Jay.

Dua pekan berlalu setelah malam dimana mereka bicara yang akhirnya Heeseung langsung ngajak Jay untuk menikah, terkesan buru-buru, dan Heeseung menyesal karena hal itu.

Tapi di sisi lain, Heeseung cukup senang sudah meluapkan semuanya, sudah ceritain semua yang selama ini dia alami sepanjang hidupnya ke Jay, mengingat semua yang dia omongin itu adalah hal yang krusial dalam cerita hidupnya.

Heeseung keluar dari ruangan setelah mendengar rincian strategi dari Ni-ki, mereka siap untuk menjalankan misi.

Heeseung akan bantu mengamankan situasi, mereka cuma harus membunuh pemilik Hotel yang disuruh sama klien mereka, katanya itu adalah pesaing bisnis yang mencuri ide pengembangan akomodasinya. Sunoo akan menyamar jadi seorang Konsultan bertemu langsung dengan Target bersama Jungwon yang akan mengeksekusi Target, sementara Ni-ki akan meretas sistem Hotel dan mengatur jalannya lift.

“Lima belas menit paling lambat,” kata Sunoo setelah berunding sama Jungwon yang sudah sembunyikan pistolnya di dalam saku jas.

Mereka sudah ada di parkiran belakang Hotel, Jay duduk di depan montior dengan perangkat yang terhubung dengan Heeseung, Sunoo, Jungwon dan Ni-ki di telinganya.

“Lakukan secepat mungkin, jangan sampai ada kegagalan.” Kata Heeseung seraya melepas jaket hitamnya, menampilkan seragan senada dengan Hotel tujuan mereka.

Jay menatap Heeseung, tersenyum kecil melihat lucu si Boss tiba-tiba turun misi bahkan ikut nyamar.

“Apa yang lucu?”

Ketauan deh, soalnya Jay gak bisa nahan senyumnya jadi lebih lebar.

“Lo dengan seragam ini, ganteng Boss,* kata Jay yang sebenarnya ngeledek.

Tapi entah kenapa Heeseung buang muka, tanpa Jay tau kalau dia merona, dan akhirnya senyum sambil melompat keluar mobil duluan.

“Ada satu tim berisi 20 orang gue minta untuk ngawasin kita, karena gak mungkin Target gak waspada sama ancaman balasan dari pesaingnya, hati-hati dan jangan mati.” Begitu kata Heeseung sebelum benar-benar meninggalkan mereka duluan.

“Mohon ijin, Mami Boss,” kata Ni-ki ke Jay.

Yang diajak ngomong mengangguk, “selamat bertugas, harus berhasil,” katanya.

“Jaga diri baik-baik, Mami.” Ucap Jungwon menyusul Niki bersama Sunoo.

Jay harus terima keputusan Heeseung kalau dia hanya boleh memantau dari dalam mobil lewat kamera yang terpasang di kacamata Ni-ki, jas Jungwon dan juga Sunoo. Kalo Heeseung mah dia udah pasti aman.

Jay gak menyangka semua akan berjalan begitu cepat dan gak terhindarkan sampai di titik ini, rasanya masih percaya gak percaya bisa bertahan dengan keadaan hamil sampai usia kandungan tujuh bulan, dua bulan lagi dan penantian Jay akan berakhir, bayi kecil yang hidup dalam dirinya akan lahir, tumbuh dan menjadi anak yang kuat, seperti yang Jay inginkan.

Memikirkan itu, tiba-tiba Jay kepikiran soal Heeseung malam itu, dia benar-benar berbeda dari sebelumnya. Jay percaya semuanya, karena saat itu Heeseung mengutarakan semuanya di depan mata Jay. Tapi semua itu jadi goyah setelah Jay kembali ditinggalkan. Tapi entahlah, masa iya Jay gak mau jauh-jauh dari Heeseung?

Apa ini gak terlalu berlebihan?

Bicara soal menikah, memangnya apa yang akan berubah jika mereka akhirnya menikah?

Apa Heeseung benar-benar tulus dengan permintaannya?

Tapi saat itu, Jay bilang butuh waktu, Heeseung memberinya selama apapun, tapi selama Jay berpikir, tanpa Heeseung, rasanya malah semakin gak karuan, isi kepala gak beraturan, kembali ke masa lalu, kembali lagi ke masa kini. Mengingat semua yang sudah terlewati sebelumnya, apa Heeseung bahkan percaya pada dirinya sendiri bahwa dia bisa menyayangi Jay sebagai seorang ‘istri’ terlebih nanti, Jay akan menjadi ‘ibu’ dari seorang bayi yang dikatakannya adalah ‘anak’ dari Lee Heeseung?

Apa bisa?

Apa Jay bisa percaya Heeseung saat Jay sendiri gak yakin apakah Heeseung percaya dengan dirinya sendiri atau enggak?

Kesannya memang seperti Jay gak bersyukur sama sekali, tapi terlalu banyak rasa sakit yang menumbuhkan rasa takut dalam dirinya dari Lee Heeseung selama ini, semua itu terlalu besar sampai gak bisa kalah melawan kepercayaan dirinya yang setipis tisu itu.

Blam!

“Eh, Boss??”

Menoleh Jay ke sebelahnya, Heeseung sudah kembali dan menatapnya sekilas seraya melepas dua kancing teratas kemeja putih di balik rompi seragamnya.

“Kenapa?”

“Kok udah balik?”

“Ya orang udah selesai.”

“Hah?”

“Udah selesai, Jay.”

Heeseung menunjuk layar monitor di hadapan Jay, lalu Jay bergegas mendengarkan obrolan Sunoo, Jungwon dan Ni-ki yang sedang bersiap untuk kembali karena target sudah mati sesuai dengan rencana.

“15 menit.” Ujar Jay melihat jam di tangannya.

Terus melongo merasa bodoh karena sempat-sempatnya Jay overthinking selama menjalankan misi dan itu dinotice sama Heeseung di sebelahnya.

“Kenapa? ada yang sakit?” tanya Heeseung, menoleh dan meneliti wajah Jay.

“Euh… engga… ngga ada yang sakit,” kata Jay gelagapan.

Karena Heeseung deket banget, rasanya sampai Jay bisa merasakan hembusan nafas tenangnya, terus tatapan matanya yang fokus tanpa putus. Malah Jay yang semakin bingung harus gimana tapi gak bergerak sama sekali karenanya.

“Anu… Mami dan Papi Boss mau ciuman ya?”

Sret!!

“Papi?!”

Keduanya menoleh reflek saat pintu mobil sudah terbuka dan Ni-ki berdiri diluar bersama Sunoo dan Jungwon di belakangnya.

Ni-ki mengangguk dan tersenyum antusias, “Mami,” katanya menunjuk pada Jay, “dan Papi Boss!” imbuhnya kali ini nunjuk Heeseung.

Heeseung yang menatap datar, padahal aslinya lagi degdegan dan gak ngerti kenapa hanya dengan mendengar bualan Ni-ki dia bisa merasakan perasaan asing ini.

Sementara Jay terlalu shock sampai cuma diam, tapi wajahnya merona, Ni-ki masuk disusul Sunoo dan Jungwon.

Mobil berlalu meninggalkan misi yang sudah dijalankan dengan baik, membawa sebuah keluarga yang masih tercecer itu kembali ke Istana mereka.

‘Aneh, kok dia gak marah? gak kesel karena dipanggil begitu? kenapa dia cuma diem? apa yang lagi dia pikirin di dalam kepalanya itu? kenapa wajahnya datar begitu? apa dia sebenarnya lagi gak mood?’ batin Jay yang lagi-lagi overthinking.

‘Kenapa dia gak bereaksi apa-apa? kenapa dia gak keliatan tertarik sama sekali? kenapa dia cuma diem denger Ni-ki nyebut kami berdua Mami dan Papi? kenapa? apa dia sebenarnya gak suka, tapi karena takut sama gue jadinya cuma diem dan dicuekin gitu aja?’ batin Heeseung yang sama-sama sedang overthinking.

Sebelahan, sesekali kaki Jay bergesekan dengan kaki Heeseung, sesekali tangan mereka juga bersentuhan, sesekali saat Jay ngerasa perut dan posisi duduknya mulai menyesakkan, tubuh mereka bersentuhan, tapi gak ada yang bicara.

Heeseung akan meresapi saat tangannya menyentuh tangan Jay, dia akan membantu bergeser atau bersiaga melihat Jay yang bergerak untuk menyamankan posisi duduknya.

Dan moment itu disaksikan tiga bokem yang gregetan dan menahan gemas, ‘apa susahnya ngobrol?!’ ‘apa susahnya dirangkul terus saling bicara?!’ batin mereka sambil nahan pekikan. Bahkan, kalau HeeJay mau ciuman di depan mata mereka pun gak ada masalah!

Tapi sampai mereka tiba di rumah pun, masih sama begitu. Trio bokem melihat Heeseung yang turun duluan, lalu membantu Jay untuk turun, meletakkan tangannya di pucuk kepala Jay supaya gak kepentok, merengkuh pinggang Jay dan mengusapnya lembut waktu Jay udah turun dan berhenti sebentar buat menenangkan bayi ajaib dalam perutnya yang hari ini diajak keluar istana. Lalu masih gandengan masuk ke dalam rumah, tapi sejauh itu, gak ada yang ngomong.

“Itu mereka kenapa sih?” senggol Ni-ki ke Sunoo.

“Menurut lo gue akan paham kisah cinta orang dewasa?” ujar Sunoo dengan tenang.

“Saatnya kita ngadu ke Om Sunghoon,” ujar Jungwon berjalan mendahului Ni-ki dan Sunoo.

“Apa susahnya ngobrol, giliran udah jauhan aja pada suram banget,” kata Sunoo.

“Kita gak jadi mereka, jadi mana tau gimana susahnya,” kata Jungwon.

“Siapa yang ngajarin ngomong gitu?” tanya Ni-ki ke Jungwon.

“Bisa sendiri, tapi pernah mikir gak kenapa Big Boss gak tinggal bareng aja disini sama Mami Boss?” balas Jungwon sekalian memaparkan kebingungannya.

“Iya, ya? kenapa, ya?” tanya Ni-ki, sampai berhenti di beranda rumah.

“Gue pikir selama ini karena Big Boss punya kesibukan sendiri yang harus dikerjain jauh, jadi gak bisa tinggal diaini,” kata Sunoo.

“Terus kenapa gak Mami Boss aja yang diajak tinggal bareng disana?” ujar Jungwon lagi.

“Oh, iya, ya? Kenapa, ya?” sekali lagi, respon Ni-ki yang tiba-tiba lemot.

[ to be continued ]

demonycal property.

No responses yet