Hinandra
2 min readMay 23, 2023

Lose you, Love you.

"i love you."

“Yuma!”

Suara Maki dan derap langkah berlari mengejar Yuma yang berjalan sendirian, niatnya kembali ke kelas, namun melihat bagaimana seriusnya wajah Maki membuatnya heran, menghentikan langkah untuk mengusap keringat di dahi sang adik kelas dan menepuk bahunya menenangkan.

“Ada apa sih? kenapa lari-lari, gembul?” tanyanya, terkekeh melihat Maki melas seperti anak anjing kehausan.

“You — should to see this!”

Yuma kemudian melihat layar ponsel Maki, yang detik berikutnya mati karena habis baterai.

“Intinya sekarang, di lapangan basket! Taki sama Niki, mereka, itu an—”

“Ayo, kita lihat,” Yuma mengamit tangan Maki dan berjalan menuju tkp.

Dimana mungkin seluruh warga sekolah sedang mengitari Niki dan Taki, Yuma bersembunyi di kerumunan, yang penting masih bisa melihat wajah merona Niki dengan senyum malu-malu berhadapan dengan Taki yang menatapnya, penuh.

Maki berdiri di sebelah Yuma, melirik dan meringis pedih saat Yuma melepas senyum, begitu mendengar ucapan Niki yang terkesan begitu nervous dan terbata, bergetar dengan kerlingan mata menggemaskan yang khas.

Oh, Tuhan.

jelas-jelas Niki lebih seribu kali segalanya di Dunia ini dibandingkan dengan Yuma yang cuma punya gingsul dan seribu tingkah konyol.

Untuk Taki yang jatuh cinta dan mencintai dalam-dalam lebih dulu pada Niki.

“Yuma, jangan ditahan! labrak aja labrak!” kata Maki menggebu-gebu.

Namun Yuma sadar, bahwa untuk apa melabrak yang sudah bukan hak-nya untuk bahkan sekedar merasa marah dan cemburu?

Konyol.

Yuma dan Taki sudah putus, ‘kan?

“Kita, udah putus, Ki.” Ucap Yuma pada Maki.

Tolehan cepat Maki kemudian suaranya tercekat di tenggorokan.

Begitu Niki mengutarakan niatnya mengajak Taki untuk balikan.

Maki terlalu lambat untuk menahan Yuma yang berlari menjauh.

“YUMA!” teriak Maki di tengah kerumunan yang marah-marah karena Maki berisik dan merusuh sendiri.

“Yuma, ini—”

“Stop!” sela Yuma, berbalik sebentar.

“Tapi, Yuma—”

“Jangan susulin gue, balik! gue mau sendirian dan bener-bener sendiri tanpa siapapun, please, Maki. Leave me alone.”

Langkah Yuma berlanjut. tanpa peduli Maki menangisi kesedihannya, membawa langkah berat itu menjauhi hiruk-pikuk meriah dibelakang sana.

Menjauh dari keramaian sorak-sorai warga sekolah merayakan bersatunya Taki dan Niki kembali.

Sungguh sangat romantis.

Seperti yang Yuma bayangkan, persis seperti Mimpi Yuma dalam renung, dalam pelukan sarayu, dalam dekap hangat sandyakala.

Taki dan Niki menyalakan kembali Lentera Sorai mereka, disaat Yuma mengais puing-puing hatinya yang patah, hatinya yang luruh bak kucuran tirta sang mega, mengagungkan mendung dalam lumbung rasa milik Yuma.

Jadi, mungkin memang benar bahwa Yuma hanyalah tempat singgah, bukan menetap.

Jadi, inilah alasan dari kenyataan bahwa hanya beberapa orang saja yang tahu bahwa ia, menerima Taki menjadi pacarnya.

Jadi, ini adalah alasan kenapa Taki tidak membalas pesannya, kenapa Taki tidak menolak ajakan putus olehnya.

Semua sudah jelas.

“Dan, selesai.”

—to be continue.

No responses yet