IL SOGNO : My Fate is Cursed.
Hari ini Jay terpaksa harus mendekam di Ruang Kesehatan setelah jatuh pingsan dengan begitu dramatisnya saat Apel pagi, sedikit membuat beberapa barisan siswa Decelis riuh.
Dan kini Jay sedang terduduk sembari memijat kepalanya yang berdenyut sakit, seluruh tubuhnya serasa remuk redam, perutnya terus bergejolak, mau muntah tapi gak bisa, derita yang Jay gak tau apa alasannya.
Tapi kemudian Jay mengingat mimpi teraneh dan terburuk sepanjang hidupnya semalam, mimpi yang bahkan gak pernah sekalipun Jay bayangkan akan terjadi bahkan dalam dunia khayal.
“Lee Heeseung.” Gumam Jay dengan detak jantung ribut, hingga tanpa sadar tangannya naik menyentuh dada, meremat seragam sekolahnya.
Angin berhembus dalam ruangan dingin itu, sementara jendela tertutup di sekitar Jay, kepalanya menoleh, dan di luar sana Jay melihat seorang Pemuda tinggi berdiri di balik kaca jendela ruang kesehatan yang besar, tunjukkan surai ungu yang memahkotai sang Ketua Phoenix.
Srak!
Tangan Jay reflek menarik tirai menutupi dirinya dari tatapan intens si Lee diluar sana, beberapa saat dengan sangat lamat penuh penghayatan Jay ambil napas begitu terburu.
Srak!
Tirai kembali dia buka dan Lee Heeseung enyah entah kemana.
“Fuck, kenapa ini orang horror banget sih?!” gerutu Jay dengan jantung yang terus bertalu ribut.
Jay berniat pergi meninggalkan ruang kesehatan, buat kabur ke Asrama aja. Entah kenapa Jay mulai takut banget yang dia gak bisa jelaskan kenapa perasaan takut itu tiba-tiba menjadi lebih parah setelah kejadian tadi.
“Jay! mau kemana lo?!”
Jay baru keluar, niat langsung lari tapi Nicholas dan Jake datang, teman sekamarnya itu bawa kotak makanan yang udah pasti mau buat Jay.
“Gue mau balik ke Asrama, gue takut disini,” jawab Jay dengan jujur, wajahnya meraut gelisah.
“Tunggu, emang ada apa?” tanya Jake ngeraih tangan Jay.
“Jay? kenapa muka lo merah gini, sakit lo makin parah?” tanya Nicholas, menempelkan punggung tangannya ke dahi Jay yang hangat, tapi sahabatnya itu keringetan banget.
Wajah gelisah Jay makin jadi, berganti dengan raut ketakutan yang semacam linglung, saking takutnya jadi bingung harus gimana buat melindungi diri sendiri.
“Jay, kenapa, Jay?” tanya Jake ketika pandangan Jay mengedar dengan rusuh, seolah-olah lagi ada yang perhatiin dia.
“Jay?” Nicholas pindah buat berdiri di depan Jay, “Jay, lo kenapa, Jay liat gue! Liat, gue!” diguncang-guncang tubuh Jay, ditangkup wajahnya biar ngeliat Nicholas.
Mata Jay bergulir acak, rasa takut, bingung, resah nampak jelas disana.
“Lo kenapa, apa yang lo liat?” tanya Jake kemudian.
“Gu-gue, liat, i-itu… gue,” Jay menggeleng dan menunduk, menutup mata, memijat pangkal hidung yang berdenyut, Jay mau ceritain yang dia rasakan, Jay mau membagi pikiran dan perasaannya tapi Jay gak tau gimana cara menjabarkan semuanya.
Nicholas sama Jake saling tatap beberapa saat, merasa ada yang gak beres sama tingkah Jay.
“Lo mau balik ke Asrama?”
Jay mengangguk dengan tatapan melas pada Jake dan Nicholas yang segera mengapit tubuhnya di kanan dan kiri.
“Makanya kalau disuruh mandi sore tuh mandi! Jangan keburu petang baru mandi, sawan ‘kan jadinya!” Nicholas mengomel sambil mukul main-main tangan Jay yang genggam erat tangannya.
Berasa banget ketakutannya, “i-iya, minta maaf…” lirih Jay, udah mau nangis.
Jake biasanya bakal ketawa besar kalau NichoJay udah cosplay Ibu dan Anak begini, cuma perasaan dia berkata bahwa ada yang gak benar saat ini, sebab, berat terasa di bahu Jake sampai tengkuk yang rasakan semilir sejuk tanpa ada angin yang cukup buat masuk akal siang bolong nan panas terik begini terasa dingin.
“Cih, jam segini baru masuk, tidak beradab!” gerutu Nicholas liat gerombolan bocah yang baru keluar Asrama.
“Jay?” Jake notice waktu tubuh Jay berhenti bergerak, berdiri kaku di depan gerbang Asrama, dimana di depan mereka ada cowok-cowok yang di julidin Nicholas tadi.
“Jay, kenapa lagi?” tanya Nicholas, bingung.
“Me-mereka baru masuk?” tanya Jay dengan tatapan sulit di artikan, tapi kayak ada ngeri-ngerinya gitu.
Menatap pada salah satu cowok dengan rambut ungu kesorot matahari terik yang sedang ngobrol sama teman-temannya.
“Mereka ‘kan udah biasa begitu,” sahut Nicholas sambil beradu pandang sinis sama anak geng sebelah.
“Udah, ayo masuk, disini panas dan lo bisa makin gak sehat, Jay,” ujar Jake yang sebenarnya dia sih yang kepanasan.
Tanpa sadari bahwa Jay sedang mati-matian menahan hasrat buat berteriak ketakutan dengan pemikirannya sendiri yang sekarang serasa siap mencekik Jay dengan kengerian.
Kalau Heeseung baru masuk, terus yang tadi ngeliatin Jay dari balik jendela ruang kesehatan itu siapa?
Apa khodamnya jalan-jalan?
Tapi kalaupun iya, buat apa juga ngintilin Jay?
Tiba-tiba mimpiin Heeseung dalam adegan tergila semalam, disusul dengan mendadak sekarat sampai pingsan terus sekarang lemah letih lesu dan gak berdaya begini, pikirannya bekata hal-hal diluar nalar yang tidak bisa diterima akal sehat, yang sejujurnya Jay berasa dia mulai kehilangan kewarasannya.
Jay berasa mau lari jauh tapi juga merasa ada yang menarik dirinya, yang Jay gak tau apa, Jay cuma kenal cowok sok asik dan tengil itu sebatas karena mereka seangkatan terus ya udah, Lee Heeseung ‘kan ketua geng Phoenix, jadi ya wajar aja juga Jay kenal.
Tapi kenapa selama sekian hidup tiba-tiba banget mimpiin dia, melakukan hal yang gak senonoh di mimpi, ya walau disitu Jay diperkosa, tapi ya gimana, Jay bahkan masih inget dengan semua kejadiannya, yang mana merasa gak mungkin banget geng classy-nya rela bermasalah sama mereka, tapi disitu terasa amat sangat nyata sampai Jay benjol dari subuh bangun kepentok sana sini karena bengong terus.
Bodoh, Jay jadi kayak orang gila beneran cuma karena mimpi tolol semalam membuat jiwa dan raganya sakit.
“Stress!”
“AAAAA!”
“JAKE?!” Nicholas dan Jay langsung noleh dan nyeru balik waktu Jake teriak keras dari arah kamar mandi kamar asrama mereka.
Nicholas lari nyusulin Jake yang terpojok sambil nutup mulut, Nicholas menoleh ke cermin yang ditunjuk sama Jake kemudian langsung, “JAY!” teriak ke Jay yang pusing banget nyeret langkah menuju kamar mandi.
“Ada ap—”
“….”
Brugh!
“JAY!”
Jake dan Nicholas mengabaikan ketakutan mereka demi meraih tubuh Jay yang tiba-tiba limbung, jatuh lemas dengan mata yang berat terbuka, menatap pada cermin dalam kamar mandi yang berlumur darah yang datangnya entah darimana.
“Jay, ki-kita ke rumah sakit aja ya!?”
“Jay! Jangan pingsan, Jay, please!”
“Jay, Jay!”
Dada Jay sesak, napasnya terasa sama beratnya dengan upaya dia membuka mata, tangannya terulur menunjuk cermin dengan gurat-gurat abstrak dari pekatnya darah itu.
Sepekat aliran darah yang juga mengalir dari hidung Jay, buat Jake dan Nicholas langsung panik dan berteriak rusuh dengan tubuh Jay yang lemas sempurna, kehilangan kesadarannya.
“Come to that faraway land with me, My Unforgiven Angel.”