Hinandra
7 min readJan 7, 2024

ECCEDENTESIAST : Yoon Chanyoung.

⚠️ // psychology issues, abusive behavior.

“Siapapun yang kasih nomor gua ke Jinha bakal gua ulek biji matanya!”

Wooram dan Dabeom bahagia sekali melihat Juwon menderita pagi-pagi, membanting ponselnya ke meja dan berseru marah-marah.

“Siapapun itu, kasian dia, pasti diancem dulu sama Jinha terus gak ada kata makasih,” kata Wooram.

“Yeah, Preman is Premaning,” kata Juwon dengan nada jengah, Jinha tak berhenti mengganggunya sejak kemarin dan bahkan itu saja sudah hampir membuatnya gila.

“Btw, cowok lo masih belum masuk ya?” tanya Juwon.

Dabeom mengangguk saja, *diskors,” katanya.

“Harusnya lo udah tau, Ketos,” kata Wooram.

“Setidaknya lo masih dijagain Jinha sama Seungbin, terus Hyunho, Kak Junhee, Somi, Jungwon — ”

“Aku!” seru Yoonseo yang sedari tadi sibuk bermain ponsel tapi ternyata nyimak juga.

“Ah ya, kamu harus balikin sepatunya Kak Jinha loh, Juwon, udah belum?” tanya Yoonseo dengan wajah bloon yang membuat Juwon seketika geram sampai Wooram harus mengelus bahunya supaya sabar.

“Euuuu…. kenapa yah?” tanya Yoonseo saat tiga temannya menatap penuh, “aku salah apa?” tanyanya bingung.

“Kamu yang kasih nomorku ke Jinha?” tanya Juwon dengan lembut, setidaknya ia tak mau Yoonseo menangis dan kemungkinan ia akan digeplak oleh Junhee kemudian.

“Iyaa, kata Kak Jinha dia butuh sepatunya yang disita sama kamu,” kata Yoonseo.

Lalu Juwon langsung membenturkan dahinya ke meja tapi pelan-pelan supaya tidak sakit.

“Lo mau ulek biji mata Yoonseo?” bisik Dabeom bercanda.

Wooram ambil posisi di telinga kanan, “lo gak takut biji ‘lo di geprek Bang Junhee?” bisiknya jahat.

Juwon malah ingin mengulek Wooram dan Dabeom kalau begini adanya.

“Aku salah ya?” tanya Yoonseo.

“Enggak!” seru Juwon.

“Aku yang salah, heheheheh,” katanya.

Dabeom mendapat hiburan pagi ini, aneh rasanya tiga hari sudah Kyungjun tak mengganggunya — dengan maksud yang baik — di sekolah, masih ada empat hari lagi sampai skorsing anak itu usai.

“Kangen banget ya sama cowokmu itu?” tanya Yoonseo, menepuk bahu Dabeom menyadarkannya dari lamunan.

“Bagus dia gak masuk, aku gak harus ngeladenin tingkah dia yang banyak mau,” kata Dabeom sebelum membuka buku dan mengabaikan seisi dunia.

“Banyak mau juga karena dia maunya deket-deket kamu terus,” senggol Yoonseo kemudian.

“Jangan lupa nanti Kerkom yea, aku tunggu di rumahku kalo bisa tapi harus sebenarnya, jangan ajak pacar, rumahku bukan tempat orang pacaran,” oceh Juwon sebelum tinggalkan kelas untuk pergi ke Ruang Osis.

Wooram terkekeh melihat Yoonseo menghela napas jengah, tersinggung berat sebab kemana-mana sering bersama Junhee.

“Manyun terus bibir.”

Dabeom mencebik sebal, “bibir gue udah begini dari lahir,” katanya.

“Badmood ya kamu?” tanya Yoonseo.

“Gausah tanya,” jawab Dabeom, seraya membawa bukunya pergi dari keramaian kelas, memasang earphone menutupi telinganya.

Entah kenapa perasaannya tak enak hari ini, ia tak bisa berhenti pikirkan Kyungjun tanpa alasan, padahal anak itu baik-baik saja pagi tadi saat bangunkan ia dari tidur yang hanya dua jam.

“Oiy, Jin Dabeom!”

Seorang dari kelas sebelah mengejarnya, berseru hingga Dabeom berhenti berjalan.

“Yoon Jaeyong?” beonya mengenali orang itu.

“Ayo ikut gua.”

“Kemana?!”

Dabeom menepis tangan Jaeyong, mundur dan menjauh saat anak itu hendak meraihnya.

“Lo gak akan kenapa-napa, serius, lo cuma harus ikut gua,” kata Jaeyong.

Dabeom melunakkan raut waspadanya, “gak perlu pegang-pegang,” katanya menolak Jaeyong menyentuhnya.

“Fine,” Jaeyong terkekeh seraya mengangkat kedua tangannya setinggi bahu.

“Lo beneran pacaran sama Kyungjun?” tanya Jaeyong saat mereka dalam perjalanan.

“Uhm,” jawab Dabeom singkat.

“Kenapa?”

“Itu bukan urusan lo.”

“Gua mau tau.”

“Buat apa?”

Mereka sampai di depan Gudang Sekolah, Jaeyong memutar tubuhnya hingga berhadapan dengan Dabeom, lalu menendang pintu sampai terbuka dan Kakaknya berdiri di dalam sana dengan pakaian bebas berjas Sekolah.

“Yoon Chanyoung.”

Dabeom terdorong masuk karena Jaeyong.

“Kenapa lo ada disini?”

“Gua sekolah disini.”

“Lo lagi diskors.”

“Karena ‘lo.”

“Karena lo sendiri, kenapa jadi gue? harusnya lagi, Kyungjun gak perlu ikut diskors!!”

Chanyoung terkejut mendengar Dabeom membentaknya, bahkan jadi lebih keras diakhir kalimat, melompat dari duduknya di meja, Chanyoung mendekat walau tetap jauh sebab Dabeom bergerak mundur.

“Apa bedanya dia sama gua?”

Anak-anak pengikut Chanyoung berdiri di belakang Dabeom, menangkap bahunya dan menahan ia dari bergerak mundur.

Sebuah kursi diletakkan di belakang Dabeom dan Jaeyong menekan bahunya hingga duduk disana, di depan Chanyoung yang menatapnya dingin, dikelilingi orang-orang yang biasanya akan membullynya.

“Kenapa lo takut sama gua tapi berani bentak-bentak Kyungjun?”

“Apa bedanya gua sama dia, uhm?”

Chanyoung merunduk, demi mengejar pandangan Dabeom yang selalu saja menghindarinya.

“Gua Bajingan, dia juga sama.”

“Tapi kenapa lo pacaran sama dia?”

Dabeom mengangkat pandang menatap Chanyoung, “apa pentingnya buat lo tau alasannya? itu bukan urusan lo,” katanya seraya hendak pergi tapi Jaeyon menahan bahunya.

“Gua masih inget semuanya, Dabeom, gua masih inget lo bilang ‘maaf tapi, saya ngga suka Preman, Kak,’ dan gua gak berubah jadi apa yang lo suka karena gua pikir gua mau lo suka sama gua karena gua adalah gua tapi, Ko Kyungjun? serius?”

Dabeom menunduk semakin dalam, tak peduli sekeras apa ia mencoba, Chanyoung membuatnya semakin ketakutan demi apapun, apa ini alasan mengapa perasaannya tak enak seharian?

“Sebanyak apapun kelebihan dia daripada gua tetap aja kita sama-sama bajingan dan kenapa harus Kyungjun?”

“KENAPA!” bentak Dabeom lepas kendali.

“KENAPA LO PUKULIN GUE KALO LO SUKA SAMA GUE, YOON CHANYOUNG?!”

Dabeom benci berada di sekitar para preman dan bajingan tapi khusus hari ini ia benci sekali.

“Kenapa!?”

“Kenapa lo masih tanya ‘kenapa orang lain dan bukan lo?!”

Dabeom bangkit, mengumpulkan semua kemarahannya selama ini untuk maju dan memukul bahu Chanyoung dalam upayanya meluapkan segala isi hati.

“Bajingan.”

“BAJINGAN!”

“Mundur.” Kata Chanyoung pada Jaeyong dan anak buahnya yang hendak menarik Dabeom.

“Tinggalin gua berdua sama dia.” Kata Chanyoung tanpa memutus balas tatapannya pada Dabeom.

Karena ada hal yang hanya Ia dan Dabeom yang boleh tau.

“Lo lebih sampah dari Kyungjun, tau?”

Dabeom bergerak mundur saat semua orang pergi, Chanyoung menunduk di hadapannya.

“Lo…. gak pernah sama kaya dia.”

“Kyungjun bajingan, TAPI DIA GAK BEJAT KAYA LO, YOON CHANYOUNG!”

Dabeom tersenyum menyeka air matanya, riuh debar jantung menggempur rongga dada, panas membara emosi yang luar biasa, Dabeom tak pernah tau kalau ia akan sampai pada hari ini.

Dabeom tak pernah tau kalau ia akan meluapkan semua yang terkunci dalam benak dan hatinya selama ini, pada Chanyoung.

“Kyungjun memulai semuanya tapi lo merusak gue jauh sampai gue benci diri gue sendiri!”

“Lo masih bisa bilang kalian sama?”

“Lo — ”

“GUA KEHABISAN CARA UNTUK DAPETIN LO, DABEOM!”

“Bangsat.”

Dabeom menunduk dan biarkan tubuhnya lemas kembali duduk, Chanyoung mendekat dan luruh berlutut di hadapannya.

“Harusnya Kyungjun gak datang malam itu.”

“Harusnya…. gua udah mati sekarang.”

Chanyoung meraih sebuah ponsel dari dalam saku jasnya, meletakkannya di pangkuan Dabeom.

Dabeom pikir, jika saja ia mati malam itu, semua tidak akan jadi sepanjang ini. Atau, jika saja ia tak datang masuk ke sekolah ini, ia tak akan bertemu dengan Kyungjun lagi, begitu juga dengan Hyunho, dan Chanyoung.

Tapi, siapa yang menjamin hidupnya akan menjadi lebih baik jika ia berada di ruang dan waktu yang berbeda?

Sebuah amplop coklat juga kemudian diletakkan Chanyoung di pangkuan Dabeom.

Abusive Behavior, gua coba untuk obatin diri gua sendiri, tapi yang kemarin gua benar-benar lepas kendali…. dan malam itu, lo juga mau — ”

*Lo yang paksa gue!”

Dabeom kembali membentak, dan melihat Chanyoung mengepalkan kedua tangannya masih di posisi yang sama biarkan satu lututnya menyentuh lantai Gudang yang berdebu.

“Dan,” Chanyoung menghela napasnya panjang, menelan amarahnya sebelum kembali melukai Dabeom.

Meraih ponsel dipangkuan anak itu dan menyalakan sebuah rekaman suaranya dan Kyungjun

“Lo sakit, Chanyoung.”

“Dabeom gak akan baik-baik aja sama orang ‘Sakit’ kaya lo.”

“Ko Kyungjun!”

“Sekarang tau ‘kan? bahkan si Lemah itu pun nggak akan biarin gua kalah dari siapapun, Chanyoung.”

“Hyunho, Kim Somi, Oh Jungwon, Kim Junhee dan bahkan Ketos Choi Juwon sekarang lunak sama gua karena apa? Jin Dabeom…. bertekuk lutut sama gua.”

“Bajingan — KO KYUNGJUUUUN!!”

Dabeom memejam erat ketika rekaman penuh dengan suara gaduh nan rusuh dari Kyungjun dan Chanyoung yang bertengkar.

“HAARRGGHHH!!”

Rekaman suara teriakan itu milik Chanyoung, yang segera membuat Dabeom menatap yang lebih tua.

“Hahahahaha!! Bangun lo, Yoon Chanyoung!”

“Arghhh — Kyung — ”

DUAGH!

Dabeom menangis saat itu, saat suara Kyungjun terdengar benar-benar nyata dan memenuhi kepalanya, rekaman itu terus berputar dengan suara pukulan dan hantaman diselingi teriakan Chanyoung.

GUBRAK!

Suara ambruk dari rekaman itu bersamaan dengan Chanyoung yang bangkit dan tiba-tiba melepas jas juga kaos hitamnya.

Saat mata Dabeom terpaku pada tubuh atas Chanyoung yang dibalut perban bahkan sampai ke lengan, tangannya membawa ponsel ke telinga, mendengarkan suara Kyungjun di detik-detik terakhir rekaman itu.

“Lo harus mati sebelum lo ganggu rencana gua, selamat tinggal Yoon Chanyoung.”

….

Tak!

Ponsel itu jatuh ke lantai Gudang yang kotor.

“Ha — ha… ha… hah — harrghhh!!”

Dabeom memukuli dadanya, menangis berat saat itu juga, air matanya jatuh begitu derasnya.

Chanyoung tak lagi bicara, masih dengan keadaan yang sama, kembali berlutut untuk meraih Dabeom ke dalam pelukannya.

Raung tangis Dabeom memenuhi pendengarannya, tak ada kata terselip disana, tapi Chanyoung cukup paham kalau Dabeom pasti kecewa.

Entah apa saja yang sudah dia terima dari Kyungjun selama ini, yang jelas, jika Chanyoung tidak bisa, maka orang lain dan siapapun itu, juga tidak akan bisa.

“Ayo ikut gua ke rumah sakit, pulang sekolah nanti.”

“Lo mungkin gak percaya semua luka ini dari siapa, karena gua juga yakin Kyungjun hapus CCTV di ruang arsip sekolah mengingat dia punya kuasa untuk apapun yang dia mau.”

“Gua ambil bola basket Kyungjun buat cek sidik jarinya.”

Dabeom tak mau tau siapa yang benar-benar ‘benar’ dan siapa yang sesungguhnya ‘salah’ disini, sejak awal, Dabeom tak pernah bisa percaya, bahkan pada dirinya sendiri.

“Dan — ”

“Bawa gue pergi jauh dari sini, sekarang, gue bener-bener pengen mati.”

— to be continue.

demonycal property.

a/n : oh, sepertinya eccedentesiast akan jadi sedikit lebih panjang dari rencana awal.

jadi kalian, tim kyungjun atau chanyoung?

btw… chanyoung udah pernah ngapa-ngapain sama dabeom….

No responses yet