ECCEDENTESIAST : War is Over.
Chanyoung hanya bisa menatap sendu dua brankar bersisian di dalam ruangan itu, Jiho dengan kepala yang dibebat perban, Eunho dengan alat bantu pernapasan.
Semalam asma Eunho kambuh, tubuhnya lemah seketika karena situasi yang membuatnya terkejut, Jiho pergi meninggalkan Chanyoung yang kemudian menyendiri, biarkan Eunho berdua dengan Jaeyong yang kebingungan, keadaan Eunho semakin buruk hingga sulit bernapas, dan Jaeyong hanya terpikir untuk langsung menghubungi Jiho, tapi ia tak tahu kalau kejadian seburuk itu akan menimpa Jiho, dan Eunho di waktu yang hampir bersamaan.
Mereka semua bertemu di Unit Gawat Darurat, Jiho yang terluka dan Eunho yang drop, Chanyoung dan Kyungjun kembali dipertemukan dalam situasi yang berbeda, tahun berlalu tanpa henti, dua pemuda kasar dan keras yang kini sudah menjadi dua pria dewasa yang satunya menggenggam tanggung jawab sebagai seorang Ayah dan Suami, satu lainnya membawa segenap asa dari masa lalu yang belum usai.
Berbalik Chanyoung hendak melangkah pergi, tapi Oh Jungwon berdiri menghadangnya di ambang pintu, wanita dengan kacamatanya itu menatap Chanyoung tanpa jeda, tapi ia tak tahu harus menghadapi Jungwon lebih dulu dengan cara apa.
“Ayo bicara sebentar, Young.”
Beruntung yang lebih tua memulai, Chanyoung balas dengan anggukan sebelum melihat Kyungjun datang dengan pakaian yang baru, namun wajahnya tetap sendu, tidak lagi kacau seperti semalam tapi kesedihan itu tampak jelas dari sepasang mata yang kemudian jatuh penuh padanya.
“Young, gua minta maaf soal Jiho.” Katanya.
Jungwon mundur, biarkan sejenak dua pria itu bercakap, pintu ruangan tetap terbuka, ada Hyunho dan Junhee diluar, setidaknya biarlah mereka melihat juga, bagaimana tiga tahun telah mengubah sengketa di antara Chanyoung dan Kyungjun sedemikian rupa hingga melunak keduanya, berserah di bawah asa inginkan Jin Dabeom hidup bahagia.
“Semalam, sesuai permintaan ‘lo, gua mau bawa Jiho ke Rumah Sakit ini, gua pikir siapa tau dia akan lebih mudah mengingat semuanya kalau gua ceritain semuanya di rooftop tempat yang waktu itu,” ujar Kyungjun dengan segenap ketegasan, walau dalam hatinya hancur berantakan.
“Gua ngga nyangka kalau Dabeom benar-benar pergi ke Rumah Sakit ini, tapi dalam keadaan sakit karena kecelakaan, gua minta maaf.” Kata Kyungjun, menunduk untuk menyalurkan keseriusannya.
Jika ia tak lagi angkuh, Chanyoung pun tak lagi arogan, mereka sama-sama manusia biasa, dua pemuda yang tumbuh jadi pria, banyak salahnya, banyak kurangnya.
Terulur tangan Chanyoung, berjabat dengan Kyungjun dengan erat, sebuah gerakan singkat dengan eratnya hangat permusuhan yang padam disaat itu membawa hela lega dari semua pasang mata yang menyaksikan mereka.
“Gua juga minta maaf, karena masalah kami, gua lalai menjaga Jiho dan biarin dia pergi semalam, maaf.” Katanya.
Jabat tangan terputus, Kyungjun tersenyum kecil, “kita selalu melakukan kesalahan, dulu dan juga sekarang, tapi lo udah menyelamatkan Dabeom, melindunginya dalam diri Ahn Jiho, memberi dia alasan untuk Hidup dalam bentuk Yoon Eunho, dulu, gua disuruh melupakan masa lalu itu, supaya gua bisa terus hidup, tapi tetap aja gua mengingat semua dosa yang gua buat, dan gua ketemu lagi sama Dabeom, yang mencintai ‘lo, Yoon Chanyoung.”
Ketika itu, Jungwon memilih menutup pintu ruangan, biarkan hanya Kyungjun dan Chanyoung yang tau apa yang akan mereka bicarakan.
Keduanya bersisian, memandang Jiho dan Eunho dari sudut pandang yang berbeda, tapi tetap, mereka mencintai eksistensi yang sama.
Jin Dabeom ataupun Ahn Jiho, keduanya satu, satu-satunya yang tak akan pernah bisa menjadi dua untuk terciptanya adil, untuk Kyungjun dan Chanyoung.
Tapi, Bumi hanya punya satu Matahari, dan satu Bulan.
“Waktu Dabeom sadar dan jadi Jiho, Mama nya bilang, Eunho adalah anak kami, Jiho yang melahirkannya, karena Mama benci dengan dirinya sendiri, Mama Dabeom marah sama dirinya sendiri, nggak bisa menjaga Dabeom penuh karena egois, tapi katanya, saat itu, Beliau melihat Dabeom kecil dimata Eunho, gua selalu siap untuk ditendang jauh dan disuruh pergi karena Mama nya Dabeom tau gua juga alasan Dabeom menderita, tapi hari itu, Mama nya bilang gua Ayahnya Eunho.”
Chanyoung menoleh pada Kyungjun yang matanya berkaca-kaca, “lalu saat itu, gua melihat Dabeom bahagia dan senyum tulus, sebagai Ahn Jiho, pribadinya menjadi berwarna, bersuara, riuh, jauh dari mendung dan kelabunya Jin Dabeom, Eunho langsung menjadi alasan Jiho ingin melakukan banyak hal setelah keluar dari rumah sakit dan kami pindah ke Amerika, tiga tahun berlalu, firasat gua ternyata gak salah, kalian ketemu.” Katanya.
“Gua punya dua pilihan, gua akan bawa Jiho dan Eunho pulang ke Amerika kalau kalian cuma sebatas ketemu aja, atau gua akan tetap disini kalau kalian ketemu lebih dari sekali tanpa disengaja.”
“Everything happens for a reason.”
“Ahn Jiho memang bahagia, tapi Jin Dabeom berhak atas hidupnya.”
“Dan mencintai ‘lo adalah salah satu bagian terpenting dalam kehidupannya, Kyungjun.”
Kali ini, Kyungjun yang tersentak dalam diam, jantungnya terasa diremas hingga rasanya tersiksa.
“Sekarang lo udah bukan Ko Kyungjun yang dulu lagi, gua yakin rasa bersalah lo itu menginginkan Dabeom, supaya lo bisa tebus semua perbuatan buruk lo dulu, dan lo bisa melakukan itu, karena lo juga mencintai Dabeom.”
Chanyoung berjalan lalu menarik tisu, menghampiri Jiho yang tertidur namun menitikan air mata.
“Nanti setelah Jiho bangun, dia mungkin akan mengingat lagi semuanya, mengingat siapa dirinya dan segalanya yang pernah dia lupain, sampai saat itu, lo harus bisa memperbaiki semua yang lo rusak dulu, sekarang dan selamanya, kalian,” ujar Chanyoung dijeda, menatap Jiho yang lelap dalam buaian mimpi, senyumnya terbit bersama air mata yang jatuh.
“Kalian harus selalu saling mencintai, mulai sekarang.”
Chanyoung telah gugur, perang telah usai, menjaga Jiho untuk sampaikan Dabeom pada semesta yang semestinya telah rampung, tugas dan kewajiban ia serahkan sepenuhnya pada Kyungjun, perihal bahagiakan Dabeom mulai saat ini hingga selamanya, Chanyoung mundur.
“Chanyoung….”
Dalam hening yang merengkuh, Jiho menemukan Jin Dabeom, yang dicari selama ini nyatanya terlelap dalam tubuh yang rapuh, menyelami memori nan gaduh, menyisakan puing-puing perasaan yang dahulu telah runtuh.
Jiho telah menemukan Jin Dabeom, yang katanya akan dicintai Chanyoung selamanya, yang sedang mengorek asa perihal masa lalunya, bahwa ia nyatanya mencintai Kyungjun, perasaan itu, sepenuhnya, memberikan tahta tertinggi pada sang Romeo, Jin Dabeom kembali, namun Ahn Jiho terlanjur enggan ‘tuk pergi.
“Selamat, Sayang…. kamu sudah berhasil menemukan ‘orang penting' yang selama ini kamu cari, bicaralah dengannya, berdamailah sampai lega, Perangku selesai, Pangeranmu Pemenangnya.”
— End.
demonya property.