Hinandra
8 min readJan 9, 2024

ECCEDENTESIAST : The Sweet Sorrow.

⚠️ // violence, suicide, major character deaths, psychology issues.

“Ayo pulang — ”

“Buka baju lo.”

“….”

Pintu kamar tertutup, bahkan Dabeom menguncinya setelah berujar singkat yang membuat Chanyoung planga-plongo, bodoh.

“Lo mikir apa?”

“Gue mau liat luka lo.”

Dabeom menarik kursi dan duduk menghadap Chanyoung yang berdiri, hampir mengenakan jaketnya karena detik berikutnya fabrik hitam itu jatuh ke atas kasur dan menyingkap kaos hitamnya perlihatkan perban melingkari perut.

“Buka.” Kata Dabeom.

Kalau boleh jujur, Chanyoung gugup.

Tapi ia tetap melepas kaosnya, biarkan Dabeom menemukan semua luka yang ingin ia lihat.

“Sakit?”

Chanyoung hanya mengangguk, ketika telunjuk Dabeom menoel perban di perutnya yang ditikam Kyungjun.

Oh, dan tadi, Yoonseo hampir menamparnya dengan amplop yang berisi hasil test yang mengatakan sidik jari dari bola basket Kyungjun dengan baju-baju Chanyoung pada saat ia bertengkar dengan Kyungjun sama.

Dabeom mengangguk, meneliti tubuh Chanyoung dari atas sampai perut lalu merambat turun yang membuat empunya badan mundur.

“Di bawah luka nggak?”

Bodoh sekali pertanyaan ini juga Chanyoung yang malah sesak napas dan kepanasan di musim dingin yang menusuk itu.

Dabeom sialan.

“Nggak.” Jawabnya.

“Liat.”

Chanyoung menelan ludah berat saat itu, “maksud — ”

“Gue mau liat luka lo, demi apapun, stop mikir kotor ya Yoon Chanyoung!” Kata Dabeom jengah.

Ia pikir Kyungjun yang entah bagaimana suka sekali menciumnya itu sudah cukup cabul tapi Chanyoung…. ah, mereka bahkan sudah pernah, anu.

“Gak ada luka disitu.”

“Disitu mana orang yang gue maksud kaki ya!”

“Lo — kenapa biasa aja padahal lo tau apa yang gua pikirin!?”

“Kok ngamuk anjir….” guman Dabeom bingung.

Kenapa harus bentak-bentak?

“Apa mungkin… lo sama dia… udah pernah — ”

“Enggak!” bentak Dabeom menyanggah.

Chanyoung berbalik begitu Dabeom merona dan entah karena malu justru marah, tapi ia hendak kenakan kembali bajunya, tepat saat Dabeom berkata, “lo yang pertama, belum ada yang lain lagi, selain lo,” begitu.

Ibaratnya Chanyoung adalah sebuah Menara Kartu, lalu Dabeom adalah angin di musim dingin, maka runtuh lah sudah Yoon Chanyoung.

Kenapa juga harus ungkit hal itu kalau tidak bisa dimiliki?

“Lo masih inget malam itu, ya?”

Chanyoung menghela napas dan menatap jendela kamar yang tampilkan pesona malam dengan cahaya kotanya.

“Gimana mungkin gue bisa lupa….” gumamnya kesal.

Dabeom terkekeh, “gue juga,” katanya.

“Udahlah — ”

“Gue jatuh cinta sama Kyungjun, Chanyoung.”

Ketika berbalik dan kembali menaut tatap, Dabeom tau Chanyoung mungkin sedang mati-matian menahan gejolak amarah dalam dirinya.

“Cinta monyet waktu SMP yang gue bawa dengan senang hati ke SMA tapi gue patah hati, disana.”

Dabeom berdiri, mungkin ini akan jadi hal-hal yang berharga untuk hari-hari terakhir mereka.

“Kyungjun yang gue suka banget itu buat SMA gue kerasa sama seperti di Neraka.”

“Terus, ketemu sama lo, dari semua yang kayanya mending ikut bully gue sejak saat itu cuma lo yang aneh dan nembak gue.”

“Gue masih aneh sampai detik ini.”

“Makin aneh karena lo nembak gue tapi akhirnya ikut gangguin gue.”

“Gue marah.”

“Tau.”

Dabeom terkekeh dan melepas cardingan yang ditinggalkan Junhee untuknya, jatuh begitu saja ke lantai yang dingin.

“Chanyoung.”

Bertatap dalam kemudian, Chanyoung panas sampai berkeringat padahal hanya diam, buang muka untuk lepaskan napas berat dan balas dengan deheman.

Sialan sekali Jin Dabeom ini.

“Let’s do it again.”

Kedua lengan Dabeom melingkari lehernya, sandarkan kepala di bahu Chanyoung yang bahkan juga dibalut perban.

“Let’s do it again, fuck me, if it’s a Sin, make me a Sinner.”

“Lo sakit?”

Dabeom melempar tanya memecah sunyi dalam mobil Kyungjun, yang mengemudi sambil bengong-bengong terus.

“Ngga.”

“Kenapa?*

“Ada masalah?”

Kyungjun tak menjawab, ia terus saja berpikir apa Dabeom sudah tau semuanya atau belum, mengingat Jinha dan Seungbin sekarang melepaskan diri darinya dan siapa tau kedua orang itu membocorkan semuanya pada Dabeom.

“Da — ”

Kyungjun menoleh dan menghentikan kata-katanya, menatap sesuatu yang tanpa dia tau kalau sebetulnya Dabeom sengaja tunjukkan itu.

Ia ingin melihat reaksi Kyungjun saat menemukan bekas gigitan di lehernya.

“Kenapa?”

Kyungjun segera berbalik dan melepas sabuk pengamannya seraya bergegas keluar dari mobilnya, reaksi yang membuat Dabeom terkekeh tanpa suara tepatnya saat Kyungjun tak melihatnya.

“Ayo masuk, lo ngga boleh terlambat di hari penting ini.”

Kyungjun menatap tautan tangannya dengan Dabeom yang buatnya terus diam dan memikirkan kalimat tenang anak itu, tak seperti Dabeom yang selama ini hidup dalam ingatannya, memang tujuan Kyungjun membuat Dabeom jatuh cinta hingga tunduk padanya tapi kalau ia benar-benar berhasil, Dabeom akan sangat menderita saat tau semua kebenarannya.

Hari ini akan ada Acara yang cukup menyita waktu Kyungjun setelah ia dan Timnya memenangkan sebuah pertandingan basket beberapa waktu yang lalu.

Dan saat mereka masuk ke dalam Aula, Yoon Chanyoung muncul pertama kali.

Lalu Kim Somi naik ke atas panggung bersama Park Wooram dan menjadi MC, di tengah keramaian itu, Dabeom melepaskan tangan Kyungjun yang membuat pacarnya itu menoleh dan menatap bingung.

“Apa yang — ”

“Ko Kyungjun.”

Oh Jungwon dan Junhee muncul dengan setelan rapi mereka, menebar senyum sampai kemudian berdiri di sisi Chanyoung.

Detik berikutnya, Yoonseo dan Juwon datang dari belakangnya dan menarik Dabeom jauhi Kyungjun, Yoonseo pelakunya.

“Jin Dabeom!” seru Kyungjun marah besar.

Kepalan tangannya tercipta erat, matanya berkilat, emosinya jelas tercetak apik pada wajah nan memerah itu, Dabeom melingkari lengan Chanyoung dengan erat, menatapnya dengan tatapan datar, Dabeom yang hari ini membuat atensi ramai riuh mengitari mereka semua dengan suara-suara yang sibuk menerka kejadian apa yang tengah mereka saksikan sejatinya.

“Oiy, King! Mahkota mu masih disini!” seru Jinha dengan kepala dibebat perban, berjalan dengan percaya diri membawa sebuah mahkota yang ia sodorkan pada Kyungjun yang melempar benda itu langsung patah dan membuat Juwon meringis.

“Ini penghargaan khusus dari Anggota Osis dan Kedisiplinan, kenapa dibanting?!” pekik sang Ketua Osis seraya kemudian mengembalikan mahkotanya ke tangan Jinha.

“Omong kosong! apa semua ini, Dabeom? kamu — ”

“Oiy, oiy, oiy, Ko Kyungjun,” suara Hyunho muncul kali ini, buat empunya nama menoleh dengan raut kesal.

“Lo dapet penghargaan khusus sebagai Drama King terbaik bukannya bersyukur malah dibanting, mahkota itu dibeli pake uang, lo — ahhh, orang yang cuma bisa ngandelin kekuasaan dengan Uangnya gak akan pernah paham seberharga apapun segala sesuatu yang sederhana di dunia ini.”

“Kurang ajar, apa maksud lo, anjing?!” bentak Kyungjun menatap Hyunho yang kemudian bergabung di sebelah Jinha.

“Gausah sok gak paham gitu deh, lo mending jadi Aktor aja habis ini, biar kemampuan berdrama lo itu ada gunanya,” satu lagi, Seungbin datang, berdiri di sebelah Juwon.

“Buat hiburan kita, ada drama pendek buat kalian semua terutama yang suka genre action,” kata Wooram di atas panggung sana.

“Tanpa berlama-lama lagi, kita saksikan langsung Dramanya, selamat menonton!”

Semua lampu mati dan sebuah rekaman berdurasi sepuluh menit muncul, menyalakan eksistensi Kyungjun menjadi pemeran utama, dan Yoon Chanyoung yang hadir dalam bentuk rekaman suara.

Semua orang sibuk berkomentar dan menghakimi langsung Ko Kyungjun yang panik mencari dimana Dabeom dalam kegelapan itu.

“Dabeom!”

“Jin Dabeom!”

Riuh orang ramai menahannya dari mengejar Dabeom yang keluar dari Aula bersama Chanyoung.

“YA, JIN DABEOM!”

Perlu sedikit mengamuk untuk bisa bebas dari keramaian itu dan mengejar Dabeom yang berlari menuju rooftop tanpa siapapun ada bersamanya.

Dabeom yang berdiri di tengan luasnya atap dan Kyungjun sampai dengan segenap rasa bercampur jadi satu menjadi sebuah abstraksi yang membingungkan.

“Jadi, Romeo dan Juliette yang lo maksud adalah ini?”

Dabeom lantas berbalik kemudian, “Romeo datang menyelamatkan Juliette dan Juliette yang selalu membutuhkan keberadaan Romeo, semua itu, Fiksi,” katanya.

“Dabeom.”

“Aku — ”

“GUE JATUH CINTA SAMA LO SEJAK KITA MASIH SMP!”

“Hidup gue susah! hidup gue aneh dan gue gak tau harus jelasin apa sekarang yang pasti gue capek sama lo!”

“Kenapa dari semua manusia lemah di dunia ini harus gue yang lo pakai alat untuk jatuhin orang lain dan kasih makan ego dan ambisi lo itu?!”

Dabeom maju membawa serta semua amarahnya, semua ingatan manis yang ia miliki bersama dengan Kyungjun terasa ribuan kali lipat lebih pahit saat sampai ke hatinya, hatinya yang sempat berharap akan bisa kembali dinyalakan lentera asmaranya, tapi seperti Jin Dabeom tak akan semujur itu dalam hidupnya yang kacau.

“Lo ngapain sama Chanyoung?”

Dabeom terkejut mendengar pertanyaan itu, Kyungjun mendekat dan semua seolah telah dikembalikan ke setelan awal, tatapan menakutkan itu telah kembali, raut Kyungjun nan khas kini menjadi pemandangan Dabeom.

“Lo inget malam itu? waktu Romeo datang ke rumah gue dan bilang kalo dia diusir, inget?”

“Waktu itu, harusnya gue biarin aja lo pergi ke tempat lain, karena gue ngerasa bodoh setiap kali mengira orang lain yang salah padahal lo sembunyiin segalanya dari gue, lo, bajingan.”

Kyungjun benar-benar berdiri tepat di depan Dabeom, sebagai Ko Kyungjun yang asli tanpa topeng dalam Drama yang ia mainkan sebelumnya.

Tapi ini adalah Dabeom yang lain, Dabeom yang penuh kebencian dan amarah sampai semua itu membakar rasa takutnya menjadi kekuatan.

“Gimana rasanya sendirian?”

Kyungjun seketika mengingat Jinha dan Seungbin.

DUAGH!

“ARRGGHH!”

Kyungjun tersungkur begitu sebuah balok kayu memukul keras bahunya.

Chanyoung pelakunya.

“Bangsat!?” seru Kyungjun murka.

“Dabeom — ”

“Bukan,” kata Dabeom.

DUAGH! DUAGH!

“BRENGSEK!”

Kyungjun bangkit setelah menerima dua kali pukulan kayu dan menyerang Chanyoung tapi berakhir tumbang karena ternyata kepalanya terluka dan seketika membuatnya pusing.

Napas Kyungjun serasa tercekat di dada, dan Dabeom mendekat padanya, “ini bukan situasi dimana kita berdua menghadapi Chanyoung, tapi Lo sendiri, yang menghadapi kami berdua kali ini,” katanya dengan senyum puas saat melihat Kyungjun mulai tak berdaya sebab kepalanya pasti pusing setengah mati saat ini.

“Lo gak akan mati, gua cuma balas setara sama apa yang gua terima.”

Dan pukulan demi pukulan menyusul kemudian, Chanyoung dengan segenap tenaga mengingat lagi saat Kyungjun hampir membunuhnya.

“Stop!” seru Dabeom ketika Kyungjun sampai sudah menyeret tubuhnya demi menghindari pukulan, tubuhnya sudah banyak luka.

Dilihatnya Dabeom memeluk Chanyoung dari belakang untuk menghentikannya, dan ketika itu, saat Kyungjun mulai kehabisan tenaga bahkan untuk gerakkan tubuhnya, di depan matanya sendiri, Dabeom meraih balok kayu berdarah yang di pegang Chanyoung dan dilempar jauh sembarang demi kemudian meraih yang lebih tua dan memulai sebuah ciuman panjang lebih dulu tanpa rencana apapun sebelumnya bahkan Chanyoung sendiri pun kaget luar biasa, apalagi Kyungjun yang menatap nanar sambil mengais napas.

Ciuman itu berakhir saat Dabeom menarik diri dan Chanyoung mundur, meraih balok kayu tadi dan membakarnya begitu saja, Seungbin dan Jinha akan mengurus CCTV setelah ini.

Dabeom berjalan mendekati Kyungjun dan berjongkok di depannya.

“Da-beom…” lirih Kyungjun nan melas.

“Terlambat,” kata Dabeom, “do all your wounds hurt?" tanyanya dengan bibir manyun dan alis mengkerut.

Chanyoung terkekeh di belakangnya, Dabeom berubah dengan sangat cepat hanya dengan satu jam penuh mengobrol empat mata dengan Somi.

Kyungjun berusaha ulurkan tangannya hendak meraih Dabeom tapi dia mundur, Kyungjun payah.

"You broke me first."

Wooram datang bersama Hyunho, yang membuat Kyungjun berpikir, “ah, lo mau bunuh gua sekarang?” soal Hyunho.

Tapi tidak, pemuda itu hanya diam dan menurut saat Wooram menyeretnya pergi setelah memberikan earphone pada Dabeom, Chanyoung pergi bersama mereka kemudian.

Diinjaknya bahu Kyungjun sampai menengadah ke langit, memakaikan earphone itu di telinga Kyungjun yang babak belur.

“Dengerin semua Drama yang lo buat selama ini sambil nonton gue Mati.”

Kyungjun benar-benar tak bisa bergerak sebab seluruh tubuhnya sakit setengah mampus, dan kini suara Dabeom yang mendongeng terdengar melalui earphone yang menyumpak telinganya.

“AKHIRNYA SEMUA SELESAI DISINI!” teriak Dabeom setelah naik pembatas.

Mata Kyungjun berat terbuka sebab sakit membuatnya sensitif dengan cahaya langit putih cemerlang saat itu, memeluk Dabeom yang menenggak sebotol obat tidur yang ia curi dari kamar Chanyoung, tak semua isinya masuk tapi semua yang sudah bisa ia telan cukup untuk membuatnya Mati, sekarang.

“DABEOM!” seru Kyungjun terakhir sebelum tubuh Dabeom melesat jatuh dari lantai enam sekolah dan rekaman ribut suara gaduh bertengkarnya dengan Chanyoung terdengar di telinga, semua pengakuannya perihal segala kebohongan yang ia buat dan melibatkan Dabeom.

Semua itu, sekarang usai.

Tubuh Dabeom jatuh bersama dengan kesadaran Kyungjun yang tergerus segenap rasa sakit sampai ke jiwanya hingga turut menutup mata.

Rekaman itu sampai pada inti dan akhir dari Drama yang diceritakan Dabeom.

“Awalnya aku pikir Romeo dan Juliette terlalu Muluk untuk analogi cerita kita, tapi ternyata aku melewatkan kenyataan kalau Romeo dan Juliette terpisahkan oleh Kematian.”

“Kamu tidak perlu mati untukku, tetaplah hidup supaya kamu tau rasanya menjadi aku.”

“Selamat hidup dalam Nerakanya Dunia, Ko Kyungjun.”

— end;

demonycal property.

No responses yet