ECCEDENTESIAST : Maze of Oblivion.
Kyungjun datangi Jinha beberapa hari berikutnya, tentu saja ia membawa segudang tanya dan juga kecewa, tapi Kyungjun tak katakan poin kedua, sebab ia sadar dirinya siapa dan menghargai Juwon sebagai sahabatnya Dabeom dan Suaminya Jinha.
“Mereka menikah?”
Jinha menatap Kyungjun yang nampak sangat ingin tahu, duduknya tegak dan bahunya nampak tegang, Juwon datang membawakan minuman, walau ia kesal dengan Kyungjun tapi mau bagaimanapun, orang ini juga kawan lengket Suaminya. Tidak boleh memendam kebencian meski ingat pernah ingin membunuh Ko Kyungjun, tiga tahun lalu.
“Tolong, kasih tau gue.”
“Itu privasi, Jun.”
Beranjak dewasa mengubah segalanya, Kyungjun tak lagi menggebu-gebu, Jinha tak lagi asal ceplos begitu saja, tapi tetap saja Kyungjun butuh semua kebenarannya.
“Terus Eunho?”
“Ya anaknya.”
“Sama Chanyoung?”
“Ya iya, marganya aja Yoon.”
Jinha kasihan sebetulnya, tapi mau bagaimanapun, sudah ada yang lebih cakap perihal menuliskan Takdir yang harus mereka jalani dalam hidup dan bahkan sampai detik ini, menerima kembali Ko Kyungjun bersama Seungbin bukan pilihan yang salah, Kyungjun berubah.
Tapi yang ia dan Seungbin sayangkan adalah kenapa baru berubah setelah kehilangan Dabeom?
Andai semua Drama itu tak pernah Kyungjun buat, mungkin, dialah yang sedang menikmati hidup bahagia dengan Dabeom.
Dabeom akan tetap menjadi dirinya sendiri, bukan orang lain dengan Amnesia yang menghapus semua ingatannya.
“Lo bisa tanya langsung ke Orangnya, Jun, gua gak mau salah jawab atau gimana,” kata Jinha.
Raut sendu Kyungjun membuat Juwon yang hanya menatap datar kemudian menghela napas.
“Apa gua boleh, ketemu lagi sama Dia?” tanya Kyungjun dengan nada sedih.
“Gua gatau, boleh atau nggak, lo bisa tanya aja sama Chanyoung,” kata Jinha.
“Jun,” ujar Jinha super sedih, bagaimanapun juga, Kyungjun sudah melewati tiga tahun penderitaan, tak mungkin ia tak rasa kasihan.
Kyungjun pamit tanpa rasa puas, berjalan gontai tanpa tujuan, menatap hampa ke depan, ramainya riuh jalanan tak mampu menghilangkan rasa kesepian, Kyungjun benar-benar sendirian.
Tapi saat bersama orang lain, Kyungjun jadi lebih takut lagi, sebab akan selalu ada moment dimana ia merasa bersalah dan tak pantas berteman dengan siapapun, setelah apa yang ia lakukan dulu.
“Eoh! Pak Kyungjun!”
“Dabeom?”
Kyungjun berbalik dan benar, Jiho berlari kecil menghampirinya.
Senyum manis itu rekah, wajahnya merona manis diterpa sinar matahari, “hallo, how are you today?!” tanyanya riang.
Kyungjun ingin menangis.
Tapi malu, ramai.
“Saya baik, kamu?”
“Baiiiikkk sekali, Saya bisa kabur dan jalan-jalan hari ini!”
Kyungjun tersenyum, walau hatinya menangis, Ahn Jiho benar-benar berbeda dengan Jin Dabeom.
“Pak Kyung — ”
“Ah, Jiho.”
“Iya?!”
“Saya seumuran Chanyoung, jadi, kamu bisa panggil aja saya ‘Kak’ daripada ‘Pak’ saya belum setua itu,” katanya.
“Ouhhh! Ok, i got it, Kak Kyungjun!”
Bagai ponsel, sepertinya Jiho punya 200% daya dan sedang full baterai saat ini.
Semangat sekali dia ini.
“Oh iya, How do you know Chanyoung? Apa kalian teman lama? waktu di Sekolah? SMP atau SMA?”
“Kamu mau tau?”
Jiho mengangguk ribut, “mau! I keep asking him about you guys but he just says ‘old friends’, saya mau tau lebih banyak, saya pikir nggak ada yang mau punya teman seperti Chanyoung, dia ‘kan orang aneh,” katanya, gemas sekali.
“Aneh? tapi kamu menikah dengannya.” Kata Kyungjun.
“Ah, belum, kami belum menikah,” kata Jiho, seraya mengikuti Kyungjun menuju sebuah Cafe dan memilih tempat di bagian luar.
“Kenapa…. belum?” tanya Kyungjun, menatap Jiho yang lantas terkekeh.
“Katanya, ada ‘orang penting' yang harus saya temui.”
“Siapa?”
Jiho menggedik bahu, “Chanyoung nggak bilang apapun soal siapa orangnya,” katanya.
“Lalu, Eunho lahir tapi kalian belum menikah? dan nggak akan menikah sampai ketemu ‘orang penting' itu?” tanya Kyungjun, lebih teliti.
“Ya. Gimana dengan kalian?” tanya Jiho setelah segelas kopi datang untuknya dan Kyungjun.
“Saya?”
Kyungjun mengulur waktu untuk berpikir, harus ceritakan apa perihal ia dan Chanyoung, bagaimana nanti kalau Jiho bertanya padanya lalu diberi jawaban berbeda?
“Apa kalian musuhan?”
Jantung Kyungjun serasa dipukul karena kaget. Bagaimana bisa tebakannya langsung akurat?
“Iya?” jawabnya tak selaras, bingung.
Jiho terkekeh, “iya, ya? reaksi Kakak seperti bingung mau jelaskan, gimana? apa yang kalian perebutkan sampai musuhan?” tanyanya kemudian.
Kyungjun mengalihkan pandang dan garuk tengkuk yang tak gatal, bagaimana ini? Kyungjun bingung harus jawab apa.
Jawabannya ada di depan mata.
Tapi Kyungjun tak yakin Jiho akan baik-baik saja saat ia katakan kebenarannya.
“Jangan dipikirkan, you’ll get old quickly if you think so hard."
Kyungjun balas dengan kekehan, “gimana Eunho kalau kamu kabur?” tanyanya, alihkan topik.
“Eunho ada sama Wooram.”
“Park Wooram?”
“Iya, Eunho selalu senang bermain dengan Kak Hyunho, mungkin karena Dia nggak bisa bermain dengan Chanyoung.”
“Kenapa?”
“Ah, dia sibuk.”
“Setiap hari? bahkan saat malam?”
Jiho mengangguk, “kasihan, saya cukup menyesal membebankan semua pada Chanyoung,” katanya.
Kyungjun menatap Jiho yang memandangi kopinya dengan senyum kecil, ah, Kyungjun juga ingin.
Kyungjun ingin dikhawatirkan seperti ini, oleh Dabeom.
“Aku harap hidupnya lama,” kata Jiho.
“Dan Kamu,” ujarnya seraya menatap Kyungjun yang sedikit tersentak, “kamu juga harus hidup yang lama,” katanya.
Kyungjun terdiam sejenak sebelum menunduk dan lepaskan gelak singkat, menghela napas dan kembali menatap Jiho.
Dulu, Jin Dabeom selalu mudah menyebut mati, tapi Ahn Jiho, mengatakan bahwa, “kamu mungkin punya alasan untuk melarikan diri, tapi, kamu harus lihat sekecil apapun sebuah harapan, kamu pasti bisa bertahan,” demikian.
Demikian membuat Kyungjun mengukir sebuah senyum tipis, hatinya meringis, bagaimana ia mampu menyakiti jiwa Dabeom dahulu? bagaimana ia tega melakukan semua itu hanya untuk memberi makan ambisinya untuk mengalahkan Chanyoung dan Hyunho?
“Kalau kamu,” ujar Kyungjun, “kamu pasti punya alasan untuk bertahan,” katanya, lurus tatap sepasang netra Jiho.
“Uhm,” dehemnya, “selain karena saya punya Eunho, saya juga ingin bertemu dengan ‘orang penting’ itu,” katanya.
Kyungjun berdebar hebat, tak mengerti apa alasannya, tapi jika boleh berharap, Ia tak ingin Jiho bertemu dengan ‘orang penting' yang dimaksud, siapapun dia, Kyungjun tak mau.
Sebab, kalau Jiho sudah bertemu dengan orang itu, maka ia akan Menikah.
Kyungjun, tak ingin itu terjadi.
“Karena kamu ingin cepat Menikah?”
Jiho menggeleng, senyumnya terbit kecil, ia tak tau mengapa dengan mudah membagi ceritanya pada Ko Kyungjun, yang notabene baru ia kenal beberapa hari lalu, tapi Jiho lebih tak mampu pahami mengapa tak ada asing terasa kala matanya menatap Pria itu.
“Chanyoung akan tetap menjadi Ayahnya Eunho meski kami tidak menikah sekalipun, tapi ‘orang penting’ itu, pasti punya sesuatu yang sama pentingnya sampai membuat seorang Yoon Chanyoung rela menunggu.”
Benar.
Kyungjun setuju.
Ahn Jiho adalah Jin Dabeom, yang lebih hidup dan berwarna, dan Ko Kyungjun yang ini bukan lagi ia yang api, Ko Kyungjun yang ini adalah air, tenang di permukaan, tapi rusuh di dalam, arus perasaannya tak beraturan.
“Kak Kyungjun.”
“Iya, Jiho?”
Tatapan mereka kembali bertemu, Kyungjun dan segenap enigmatic dalam hatinya dengan Jiho yang nampak begitu penasaran.
“Menurutmu, siapa ‘orang penting' itu?”
— to be continue.
demonycal property.
a/n : menurut kalian, siapa ‘orang penting' itu?
btw, selamat datang di season dua eccedentesiast, aku akan buat dengan singkat tapi semua akan selesai disini, stay tune ya!