ECCEDENTESIAST : Hyunho & Wooram.
Dabeom ada di barisan penonton bersama Juwon dan Wooram yang mengapit dirinya sementara Yoonseo sedang menyeret Jungwon dan Somi supaya mau temaninya.
“Yoon Chanyoung.”
Dabeom menoleh pada Juwon yang nadanya macam punya dendam kesumat itu, padahal Dabeom yang dipukuli sampai masuk rumah sakit aja sudah lupa perihal pernah rasa marah pada Kakak kelasnya itu.
Tapi dia akan melawan Kyungjun hari ini.
Hari ini berjalan dengan baik, tak ada satupun orang yang mulai mengganggu nya, Dabeom lega setidaknya ia bebas sampai sejauh ini. Tapi, rasanya tidak sampai Chanyoung menyeringai padanya.
Dabeom sampai mundur dan sedikit takut, mengingat kembali saat-saat Chanyoung mengumpati dirinya dengan penuh penekanan sembari memberi banyak luka di wajah dan tubuhnya.
Pertandingan berjalan lancar, Kyungjun dan timnya menang, seperti biasa. Dabeom melipir dari keramaian, dimana gadis-gadis terutama sedang memberi penghargaan pada Kyungjun dan timnya.
Saat itu menguntungkan bagi Hyunho, dari satu tim yang menerima kekalahan, berlari mengejar Dabeom kemudian, sengaja menahan seruan sampai dirasa ketemu tempat yang tepat untuk bicara.
“Jin Dabeom.”
Berbalik empunya nama tepat saat Hyunho sampai di hadapannya.
“Kenapa pergi? bukannya cowok ‘lo menang?”
Dabeom mundur, tapi tetap menjawab walau canggung, “ya, itu, gue mau ke toilet,” katanya.
“Kalian,” kata Hyunho menjeda, “beneran jadian?” tanyanya kemudian.
Dabeom terdiam sejenak, ia tau ini pasti akan ia hadapi, Hyunho pasti kecewa dengan situasi ini, tapi Dabeom tak pandai menyenangkan semua orang.
“Dabeom.”
“Uh, iya?”
Hyunho terkekeh walau raut kecewa itu melekat lugas hias parasnya, “selama ini gua yang berjuang tapi akhirnya dia yang menang?” ujarnya kemudian.
Harus bagaimana Dabeom katakan?
“Selama ini gua yang berusaha untuk lakuin segalanya buat lo tapi akhirnya malah orang yang selalu nyakitin itu yang lo terima?”
Dabeom menunduk, hatinya sakit mendengar pertanyaan Hyunho, rasa bersalah seketika menyergap seutuh perasaannya, “maaf,” lirihnya.
“Jin Dabeom.”
Kedua tangan Hyunho mendarat di bahunya, buat ia balas menatap yang lebih tua, “apa yang bisa dia lakuin yang gak bisa gua lakuin untuk lo? kenapa harus begini, kenapa bisa sesakit ini, Dabeom?”
Putus asa Hyunho tak lagi berusaha menahan semua, guncang tubuh Dabeom yang tak kunjung menjawab serbuan pertanyaan darinya.
“Jawab!”
“Dabeom, gua gak tau kalo suka sama lo bisa jadi se-nggak adil ini!”
“Maaf….”
“Gua gak perlu lo minta maaf Dabeom! gua perlu bukti kalo emang bajingan itu lebih baik dari gua!”
Dabeom mundur hingga terbentur dinding selasar, sepasang mata Hyunho berkilat menuntut, suaranya meninggi dengan pegangan yang berubah jadi cengkraman di bahunya.
“Kak…”
“Ini gak adil, kenapa harus Ko Kyungjun!?”
“Jawab!”
“JANG HYUNHO!”
Sret! buagh!!!
“Wooram!”
Dabeom berseru ketika Wooram berusaha melepas cengkraman Hyunho pada bahunya tapi tepisan yang diterima terlalu keras sampai berakhir mimisan disikut Hyunho.
Sementara kini Kyungjun yang tadi berseru berhadapan dengan Hyunho yang sama-sama tengah membara emosi.
“UDAH!* Dabeom menyela mereka, mendorong Hyunho dan Kyungjun saling menjauh.
“Kalian ini — ”
Dabeom ditarik keras berakhir berdiri di sebelah Kyungjun, digenggamnya erat tangan yang gemetar hebat itu.
Hyunho membawa tatapannya pada tautan tangan mereka, dan Dabeom yang nampak tak keberatan sama sekali, tapi Hyunho tak yakin anak itu benar-benar punya perasaan untuk Kyungjun, walau iya tak heran kalau Kyungjun yang jatuh cinta pada Dabeom.
Tak masuk akal rasanya jika Dabeom menyukai bajingan yang selama ini merundungnya.
Hyunho yakin itu.
“Karena bocah ini harus makan jadi gua tunda dulu ributnya, Jang Hyunho.”
Dabeom berusaha lepaskan tangan Kyungjun karena Wooram mulai lemas dengan mimisan yang banyak, “nanti dulu! itu Wooram — ”
“Gausah! Hyunho yang mukul biar Hyunho juga yang tanggungjawab, lo ikut gua!” Kyungjun terdengar tak bisa ditentang, Dabeom memelas pada Wooram yang mendangak bersimpuh di lantai.
Sementara Hyunho hanya menatap kepergiannya dengan tatapan kesal, marah, ingin mengamuk tapi ditahan.
*Gue nggak apa-apa,” ujar Wooram saat Hyunho menekuk satu lututnya, menatapnya masih dengan emosi menyertai sorotnya.
“Ayo, ke UKS,” katanya.
Wooram cuma diam sewaktu Hyunho menggendongnya di punggung, begitu sampai di uks dan ditangani oleh penjaganya, Hyunho masih disana di bawah AC, barangkali mendinginkan kepalanya yang panas selepas berdebat dengan Kyungjun.
“Lo suka banget ya sama Dabeom?”
Hyunho menoleh pada Wooram yang sudah lebih baik.
“Gua gak masalah Dabeom sama orang lain asal gua tau orangnya lebih baik daripada gua tapi ini Ko Kyungjun, apa nggak gila?!” jawab Hyunho, emosi lagi.
“Gimana kalo…. menurut Dabeom, Bang Kyungjun emang yang terbaik buat dia?” tanyanya super hati-hati.
“Dan kenapa bisa? kecuali Dabeom udah gila, baru itu mungkin.”
Pedas juga mulut Hyunho.
“Tapi semua orang bisa berubah kalo dia mau, Bang,” kata Wooram.
“Lo belain Kyungjun?”
“Bukan gitu, tapi — ”
“Tapi, lo belain Kyungjun.”
Wooram mundur waktu Hyunho maju dan merutuk.
Apa harus membuat Hyunho marah dulu ya supaya bisa ada sedekat ini dengannya?
“Bang…”
“Lo boleh cemburu…. tapi… Kyungjun juga manusia, biar gimanapun kalo emang dia niat buat berubah untuk jadi pantas buat Dabeom…. ma–maksud gue…”
Wooram benci karena bibirnya berhenti bersuara ketika Hyunho membuatnya sampai pada ujung brankar UKS dengan tubuh tinggi yang lebih tua menghimpit dirinya, jangan lupakan sepasang mata nan tajam tatapnya penuh mengintimidasi.
“Lo pikir dia siapa?”
“Sekali bajingan tetap bajingan, Park Wooram.”
Hyunho berbalik dan lantas berlalu, pergi begitu saja. Lagi, selalu begitu dan mungkin akan selamanya jika itu Wooram.
“Bisa gak kalo ada orang mau ngapa-ngapain lo itu nolak!?”
“Entah tepis atau dorong atau apapun itu, jangan cuma pasrah!”
Dabeom duduk lesu di kursi, menunduk dalam dan terus menghela napas menghadapi omelan Kyungjun.
“Gua tau ya Hyunho itu yang selalu jagain lo selama ini, karena itu gua masih menghargai dia tapi kalo posisinya gua udah jadi pacar lo terus gua liat kalian sedeket itu mana pacar gua dimarahin, menurut lo gua harus diem aja dan bodo amat gitu!?”
Jinha dan Seungbin muncul di ambang ruangan, membawa paperbag dengan makanan yang harus dimakan Dabeom.
Tapi Dabeomnya sedang dimarahi Kakak Pacar, hahaha, gemas tapi kasihan, tapi lucu.
“Udaaah, kasih makan dulu, jangan dimarahin terus,” kata Seungbin.
“Gausah nangis,” kata Kyungjun ke Dabeom.
“Siapa yang nangis?!” balasnya mendangak, tidak menangis tapi sesenggukan.
Lama-lama Dabeom digigit Jinha.
“Dabeom.”
“APA?!”
Jinha kaget begitu Dabeom menyahut, kenapa ngegas sekali?
Kenapa semua jahat sama Jinha?
“Galak…” kata Jinha pada Seungbin yang terkekeh melihatnya kalah sebelum berperang.
Dabeom sibuk menangis sambil mengunyah makanannya, untung semua yang ia makan adalah makanan yang dia suka dan masa bodo Kyungjun tau dari mana, Dabeom juga mau marah balik ya!
Biarlah dia ngamuk, Dabeom putusin saja kalau berani, awas saja!
“Boleh ngga sih…. gue minta nomor temen lo…. yang Ketos itu,” kata Jinha dengan canggungnya.
“Hadeh, sekalinya naksir orang malah Ketos,” ujar Seungbin sambil siapkan minuman untuk Dabeom.
Satu hari, hanya butuh satu hari untuk mengubah para preman menjadi babysitter Dabeom.
“Gamau!”
“Loh kok gitu? gaboleh pelit!”
“Juwon gak suka preman!*
“Lo suka?”
“Nggak!”
“Cowok lo ketua preman,” kata Seungbin menyela interaksi JinBeom.
“Siapa? nggak punya cowok!” balas Dabeom, merajuk.
“Heh!?” Kyungjun pun tersinggung berat.
“Apa lo?!” balas Dabeom dengan bibir khas yang manyun dari sananya kalau kata Jinha.
“Jin Dabeom!”
“KO KYUNGJUUUUUNNN!!”
Bibir manyun Dabeom mulai bergetar, air matanya tumpah lagi, sewaktu teriakan kerasnya usai dan Kyungjun menghela napas.
Seungbin dan Jinha yang tertekan.
“Makan dah, makan.”
“Gamau.”
Seribu kali terkejut barangkali mereka hari ini, sikap Kyungjun benar-benar sangat tidak Kyungjunist sekali berhadapan dengan Dabeom yang juga berani sekali bahkan meneriaki Kyungjun.
Bumi pasti sudah berubah jadi trapesium.
Dabeom menangis sesenggukan, Kyungjun mengusap wajah dan mencoba menelan emosinya.
“Dabeom.” Suaranya nan lembut kemudian, duduk di sebelah Dabeom.
Seungbin dan Jinha di depan mereka ternganga bodoh menyaksikan Boss mereka itu, menjadi kaum bucin.
“Aku ngga pasrah! aku cuma takut! aku takut kalo aku ngelawan nanti aku makin menderita! aku gamau menderita! kenapa malah marahin aku?!”
“Aku ngga pernah pukul siapapun meski aku dipukulin! Aku pikir kalau aku gak mukul orang, orang lain ngga akan pukul aku tapi aku malah dibilang lemah! emangnya salah ya kalo aku cuma mau jadi anak baik?!”
Yah, Jinha baper sampai ingin memeluk Dabeom tapi takut ginjalnya pindah ke tenggorokan.
“Kenapa marah-marahin terus KENAPA AKU YANG SALAH PADAHAL AKU JUGA NGGA MAU DIGITUIN SAMA KAK HYUNHO?!”
“Dabeom — ”
“AKU JUGA MARAH!”
Dabeom menatap Kyungjun dan kembali berteriak di depan wajahnya, sambil menangis.
“AKU JUGA…. bisa marah….”
Kyungjun tak bersuara, tapi kedua lengannya meraih Dabeom dan memeluknya erat, biarkan dua sobatnya melipir pergi.
“Jangan peluk-peluk aku, aku lagi marah BANGET INI!”
Didorongnya Kyungjun tapi tak lepas juga, bukan Dabeom yang selemah itu, memang Kyungjun saja yang terlalu kuat.
“Iyaa, tau, marah aja, gapapa.”
“Gamau, capek!”
“Lepasin aku!”
“Gak mau.”
“Ko Kyungjun! kamu bau keringet tau, haish!”
Mudah sekali melemahkannya, detik berikutnya Kyungjun telah gagal menahan gelak tawa, melepas Dabeom dan mengusak gemas rambutnya.
“Bocil!” katanya.
“Bau ketek kamu jadi nempel di akuuuuu, Ko Kyungjuuunnnn!!!!”
Kyungjun harus lompat dari lantai tiga atau cium Dabeom sampai sesak napas ya ini?
“Yaudah mandi dulu deh.”
“Sana!”
“Kamu jangan kemana-mana.”
“Nggak ah, aku mau cari Hyunho.*
“Heh, ngapain lo? berani lo ketemu Hyunho beneran gua — ”
“HAISH!! KO KYUNGJUN!”
Dabeom memukul lengan Kyungjun keras-keras dan menatap tajam.
“Gue mau bilang kalo kita pacaran!”
“Selama ini pun gue punya alasan kenapa gak terima dia!”
“Gue pikir harus adil soal perasaan dia, setidaknya gue harus jelasin semuanya karena gue menghargai dia!”
“MARAH-MARAH TERUS KENAPA SIH?!”
Dabeom benar-benar tinggalkan Kyungjun kemudian.
BRAK!!
“Anjing, gemas banget, goblok!”
Hampir terbelah meja kayu itu karena gebrakan tangan Kyungjun.
“Gimana ya caranya biar bisa ciuman?”
Dan biarlah Ko Kyungjun merencanakan segalanya untuk mewarnai masa pacarannya dengan Jin Dabeom sampai ekspektasi terjauh yang hanya ia dan Tuhan yang tau.
— to be continue.
demonycal property.
a/n : happy happy dulu sebelum ending!