Hinandra
6 min readAug 5, 2023

cara marco dan ares merayakan semua sederhana.

karena ‘rayuan perempuan gila' ares jadi penasaran sama gimana jawaban marco kalau ditanya, sekiranya sampai sejauh mana si libra itu akan mencintainya.

jadi, tepat seusai mereka beresin rumah di hari sabtu yang hangat, agenda wajib setelah sepekan bekerja di ranah masing-masing, marco duduk di teras belakang sambil ngipasin ketek setelah lelah nyapu halaman yang kayak kandang babi, bercanda.

“ngopi dong, res,” ujarnya kepada ares yang baru aja duduk sebelahnya, belum napas udah di suruh-suruh aja.

emang dah, si paling ‘lo enigma, lo punya kuasa.’

“bentar,” ya tapi tetep bangkit, berjalan ke dapur dan masak air sambil misuh dikit, panas banget sore ini, ares harus mandi lebih cepat.

lima menit kemudian, secangkir kopi dengan takaran gula khusus yang cuma ares yang ngerti, dan cuma marco yang suka. gak pahit gak manis, pas.

“cantik banget nggak sih?” tanya marco.

“apanya?” tanya ares.

“lo.” jawab marco, seraya ngehirup uap yang mengepul dari kopinya.

sementara ares, cah cih cah cih, aslinya salting juga, dikit gak banyak.

“apa sih?!” reaksinya.

lagian, marco ngeliatin langit, yang dipuji malah ares.

apa gak aneh?

tapi marco dan aneh itu sudah melekat menjadi satu ibarat kata bulu dan ketek, menempel dan mengakar.

“kan bener, gue mah jujur aja,” kata si libra, “kalau menurut lo gimana?” tanyanya.

apa sih, enigma terenigmatis yang pernah ares kenal, “tolong kalau tanya menanya itu yang jelas,” kata ares sambil narik rambutnya ke belakang telinga, gerah.

“gimana ceritanya alpha kok bisa cantik?” tanya marco.

cah cih cah cih ares kembali terdengar, “pertanyaan ini udah gue denger berjuta kali, sumpah,” katanya, muak dikit.

“siap-siap aja deh,” kata marco, noleh dan natap si ares.

“apa?” tanya si taurus, alisnya nukik dikit tapi rona di pipinya gak bisa bohong.

“siap-siap soalnya bisa jadi gue bakal terus tanyain itu bermiliar kali,” kata marco, “lo harus sediain jawaban setiap kali gue tanya, jadi menurut lo gimana?” tambahnya dengan senyum tengil.

ares agak kicep sih, dalam hati lebih ingin merealisasi betapa gemasnya dia sama marco dengan jambak cowoknya itu, tapi dia malah bingung mau nyaut gimana.

“kayak yang yakin aja bakal bisa selama itu sama gue,” bukan pesimis, cuma realistis.

“yakin, kenapa nggak?” tanya marco, ngeliat ares dengan raut tanya.

pandangan si alpha jauh ke langit gak berujung, nerawang mengawang entah sampai mana asa yang ares gambarkan.

“menurut lo, apa benar saat ini ‘lo masih mencintai gue?”

“menurut ‘lo, apa yang bisa terjadi dalam sewindu?”

kemudian ares menoleh, bawa tatapannya balas jelaga sang enigma, senyum kecil timbul untuk pertanyaan dramatis nan spontannya, “jadi gimana, menurut ‘lo, enigma?” tanyanya.

gemas, marco tergelak dengan kepala menunduk, tumben dia denger ares jadi puitis begini, lucu banget pengen hap!

“menurut gue gini,” kata marco, seraya menaikan satu kaki ditekuk, dengan gestur ngabers siap menjawab pertanyaan ayang dengan santuy namun tetap cerdas, cermat dan bersahaja, “lo punya cinta, lo punya gue,” katanya.

“ibaratnya gini, selama hati lo masih dan selalu memiliki gue, selama itu pun gue juga akan mencintai ‘lo, res, karena sebenarnya bukan soal yakin atau gak yakin, intinya kalau lo aja mempertanyakan hal itu, pastinya lo punya perasaan takut kehilangan, dan itu karen lo sayang sama gue, nah, sama,” jelas si enigma yang sengaja dijeda.

buat ngeliat betapa jelas ares menahan hasrat buat ketawa sebab kelakuan marco cukup buat bikin dia geli, terlalu banyak kupu-kupu dalam perutnya, menggelitik pula karena marco menawarkan komedi dalam dialog romansanya.

heheh.

“gue juga gak berani sendirian tanpa lo,” kata marco, “mencintai bukan cuma soal siapa yang bertahan menetapkan cinta itu utuh di singgasana hati, tapi juga menetapkan kepercayaan kepada diri sendiri, seberapa mampu kita buat mencintai untuk sanggup tetap hidup bareng yang lebih lama dari selamanya di dunia ini,” imbuhnya dengan raut serius, kali ini.

narik napas lamat-lamat sambil ngeliatin ares yang cengar-cengir cringe dan salting di satu waktu. marco terkekeh karena gemas, terus.

“gue gak tau apa yang bakal terjadi dalam sewindu, sedekade dan kelipatan seratusnya kemudian, yang gue mau lo tau cuma selama apapun gue hidup, gue pilih ‘lo, res, gue memilih dihidupkan dan menghidupi ‘lo selama yang sebisa mungkin lebih jauh dan luas dari selamanya.”

dan lantas beradu pandang, berbias terpa jingga senja, sabtu yang tenang dengan kicau burung milik tetangga, ares menunduk dan tergelak, “hahahaha, gemes banget marco, anjir,” reaksinya, bikin marco juga gemes pengen jitak.

“udah susah-susah sok keren, sok puitis, malah diketawain!” pisuh marco, tentunya pura-pura aja.

“jangan ngambek dong, katanya enigma,” ujar si alpha dengan gestur memanja-manja si marco.

“tapi, ya, bukan apa-apa gue tanya gitu, co,” kata ares, gantian dia serius, dikit, “gue gak pernah ngebayangin bakal berakhir jadi sigma, bukan berakhir memimpin, tapi malah dipimpin, ada hal-hal bertentangan dan akan selalu hadir di antara kita yang sama-sama keras, terutama gue,” tolehkan pandang ke marco yang fokus ngeliatin, dengerin, menghayati banget nampaknya.

“gue sering berpikir, gak ada yang bersedia jatuh bangun cuma buat membuktikan perasaannya terhadap gue sebelum gue ketemu sama lo,” kata ares dengan penuh perasaan, “secara gue ini alpha yang banyak mau, banyak hal yang ada di kepala gue suka bikin lo kesel, marah dan bahkan ngamuk, sampai gue sadar kalau, emang gak mudah mencintai gue, ‘kan?” imbuhnya diakhiri tanya.

dengan tatapan penuh puja, begitu saja marco mengangguk dengan jujurnya.

tiba-tiba ares mengulurkan tangan lalu meraih telapak tangan besar marco yang kotor bekas bersih-bersih, diusap-usap tangan si enigma yang diam memperhatikan ares dan sentuhannya, “sesulit itu mencintai gue, sampai gue selalu tau kalau suatu saat bisa jadi lo menyerah dan pergi ninggalin gue, tapi, demi Tuhan, segila-gilanya tingkah dan kelakuan gue, marco, gue tetap berusaha,” katanya, seraya menggenggam tangan marco dengan kedua tangannya, bawa pandangan bertemu sepasang mata sang enigma yang tetap pada fokusnya, memandangi ares tanpa jeda.

dengan senyum gemas yang gak mampu ares tahan, selaput tipis membatasi matanya sebab sedikit haru akan ketidakbiasaan yang dia lakukan terutama pada marco yang biasanya sih ares gebukin tiap hari.

sebuah ciuman penuh kasih jatuh pada punggung tangan marco yang sudah bersih oleh sentuhan nan halus dari jari jemari ares.

buat si enigma degdegan level mampus, seluruh isi pikirannya tiba-tiba lenyap, sekiranya marco sudah bangkotan bisa jadi dia sudah pingsan karena jantungnya terlalu ngebut.

ares mengembalikan atensinya seusai bubuhkan ciuman pertanda betapa ia sudi biarkan lentera hidupnya dinyalakan lebih cemerlang oleh sang enigma.

bersama marco, ares percaya, jadi alpha dan dipimpin hidupnya bukan ide yang buruk, tentu saja.

“terima kasih,” katanya, “karena hadir untuk menuntun, bukan menuntut.” imbuhnya penuh penghayatan, dan marco menangis.

untuk kali ke sekian dalam hidup, marco biarkan air mata membasuh esensi rasa dan asa dalam riuh asmaralokanya bersama si alpha.

detik-detik lamat yang berlalu, marco terlalu bodoh untuk membalas, yang dia lakukan cuma menarik ares untuk dia peluk erat-erat, aduh sayang banget.

“kita punya kita, ares, selama masih ada rumah untuk pulang, kalau mencintai ‘lo adalah atap, maka selamanya akan teduh, kita bersorai lebih lama dari selamanya, ya, sayang?”

jangan tanya selemas dan sebergetar apa tubuh ares begitu dengarkan kalimat marco bersela desak tangis, pria dan air mata adalah pertanda nyata, bahwa segalanya boleh palsu, tapi cinta marco kepada ares lebih nyata dari apapun untuk diyakini.

“iya.” jawabnya, malu banget, tolong.

marco terkekeh, usap air matanya di kaos ares yang mengusal dalam pelukannya, padahal ketauan asem habis beres-beres,

“mau apa?” tanyanya, jahil.

ares udah siap buat misuh, tapi gak jadi, “mau selamanya, kita sama-sama, hehehe,” jawabnya.

tarik diri, tatap si enigma yang gemas, “gue kira mau mandi bareng,” ujarnya, merusak suasana.

plak! “adaw!” pekik marco yang ditempeleng ares.

“mandi sana sama kambing!” pisuh ares seraya bangkit dan masuk rumah.

marco bangkit dan berjalan nyusul, “INI UDAH WEEKEND, HARUSNYA KITA MANDI BARENG TAU!” serunya keras-keras, sengaja.

“JANGAN BERISIK, ISH, MALU!” ares berbalik dan balas teriak.

wajahnya merah padam, ya gimana ya, marco ‘kan emang tukang pamer.

tapi apapun itu, yang jelas, sore itu kembali baik, untuk marco dan ares dengan perayaan kecil-kecilan atas romansa sederhana mereka, sedikit haru, banyak komedinya.

yang penting mandi bareng sih, kata marco.

—selesai. ©pandu

No responses yet